Rabu, 12 September 2012

OSTEOMIELITIS

OSTEOMIELITIS A. Pengertian Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih susah disembuhkan dari pada ineksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati. Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. B. Etiologi Infeksi biasa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari focus infeksi tempat lain (misalnya, tonsil yang terinfeksi, lumpuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas/ispa). Osteomeilitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat dimana terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma tidak jelas. Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomeilitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita rematoid arthritis, telah dirawat lama di rumah sakit mendapatkan terapi kortikoteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka disertai mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau memerlukan evakuasi hematoma pasca operasi. C. Pencegahan Pencegahan osteomeilitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomeilitis pada pasca operasi. Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam dan 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pasca operasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomeilitis. D. Patofisiologi Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomilitis meliputi proteus, pseudomonas, dan escerichia coli . terdapat peningkatan insiden infeksi ristensis penisilin, nosokimial, garam negatif dan anaerobic. Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam tiga bulan pertama ( akut fulman stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi suferpisial . infeksi awitan lambat( stadium 2 ) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomilits awitan lama ( stadium 3) biasanya penyebab hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan udema.setelah dua atau tiga hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskema dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang kekapitas medularis dan kebawah peristeum dan dapat menyebar kedalam jaringan lunak sekitarnya. E. Manifestasi Klinis Jika infeksi di bawa oleh darah, biasanya awitanya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septicemia (mis, menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat. Gejala sistemik pada awalnya dapat menutup gejala local secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum kekorteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagaian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan beruhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septicemia. Daerah infeksi membengkan, hangat, dan nyeri tekan. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami priode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan, dan pengeluaran pus.infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah. F. EVALUASI DIAGNOSTIK Pada ostomielitis akut, pemeriksaan sinar-x awal hanya menunjukan pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitive awal. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai. Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas, ireguler, peningkatan periosteum, sequestra, atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentivikasi area inveksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotic yang tepat. G. PENATALAKSANAAN Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari 1 patogen. Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah kedaerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitive terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitifitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan. Bila pasien tidak menunjukan respon terhadap terapi antibiotika. Tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan. Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridement bedah. Dilakukan sequestrektomi ( pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah mengangkat sequestrum ). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memanjakan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal ( saucerization ) . Semua tulang dan kartilago yang terinveksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pasien yang datang dengan awitan gejala akut(mis. Nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan demam sedang. Pasein dikaji adanya factor resiko (mis. Lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasein selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada osteomilitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari. B. Diagnosa Keperawatan  Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan  Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan keterbatasan beban berat badan  Resiko terhadap penyebaran infeksi:pembentukan abses tulang  Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan. C. Intervensi Keperawata Peredaan nyeri bagian yang terkena harus diimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Sendi di atas dan di bawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa sangat nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan. Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan ketidak nyamanan yang di timbulkannya. Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena harus di pantau. Teknik untuk mengurangi presepsi nyeri dan analgetik yang di resepkan cukup berguna. Perbaikan mobilitas fisik program pengobatan membatasi aktivitas tulang menjadi lemah akibat proses infeksi dan harus di lindungi dengan alat imobilisasi dan penghindaran stress tulang. Pasien harus memahami rasional pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktiv dalam kehidupan sehari- hari dalam batas fisik tetapi dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum. Mengontrol proses infeksi. Perawat memantau respon pasien terhadap terapi antibiotika dan melakukan observasi tempat pemasangan infuse adanya bukti flebitis atau infiltrasi. Bila dilakukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan adanya peredaran darah yang memadai, untuk mempertahankan imobilitas yang dibutuhkan, dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan. Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein seimbang, vit C dan vitD dipilih untuk meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang penyembuhan. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena, dapat dilakukan dirumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi, dan keluarga harus mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program terapeutik. Pasien dan keluarganya harus memahami benar protocol antibiotika. Selain itu, penggantian balutan secara steril dan teknik kompres hangat harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan di rumah sakit dan supervisi serta dukungan yang memadai dari perawatan dirumah sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis dirumah. Pasien tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu ymang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan observasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan. suhu, keluarnya pus, bau, dan bertambahnya implamasi D. Evaluasi Hasil yang diharapkan 1. mengalami peredaan nyeri  Melaporkan berkurangnya nyeri  Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi  Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak 2. Peningkatan mobilitas fisik  Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri  Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat  Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman 3. Tiadanya infeksi  Memakai antibiotika sesuai resep  Suhu badan normal  Tiadanya pembengkakan  Tiadanya pus  Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal  Biakan darah negative 4. Mematuhi rencana terapeutik  Memakai antibiotika sesuai resep  Melindungi tulang yang lemah  Memperlihatkan perawatan luka yang benar  Melaporkan bila ada masalah segera  Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vit c dan d .  Mematuhi perjanjian untuk tidak lanjut  Melaporkan peningkatan kekuatan  Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuahan nyeri, pembengkakan , atau gejala lain di tempat tersebut. DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, EGC Diposkan oleh welc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar