Rabu, 12 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS Defenisi Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis. Etiologi Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa. Meningitis Bakteri Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark. Meningitis Virus Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat. Manifestasi Klinik • Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku. • Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor. • Sakit kepala • Sakit-sakit pada otot-otot • Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien • Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI • Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot. • Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis. • Nausea • Vomiting • Demam • Takikardia • Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia • Pasien merasa takut dan cemas. Patofisiologi Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid. Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Invasi kuman ke selaput otak Gangguan fungsi sistem regulasi Peningkatan TIK ↓ Hipertemia Gangguan persefsi Gangguan kesadaran ↓ sensori ↓ Gangguan metabolisme otak Gangguan rasa Gangguan mobilitas ↓ nyaman fisik Perubahan keseimbangan dan sel netron ↓ Difusi ion kalium dan natrium Gangguan perfusi ↓ jaringan Lepas muatan listrik ↓ Kejang ↓ Berkurangnya koordinasi otot ↓ Resiko trauma fisik Pengkajian Pasien dengan meningitis Riwayat penyakit dan pengobatan Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal. Pemeriksaan Radiografi CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah : 1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial Tujuan • Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit • Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris Kriteria hasil • Tanda-tanda vital dalam batas normal • Rasa sakit kepala berkurang • Kesadaran meningkat • Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat. Rencana Tindakan INTERVENSI RASIONALISASI Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi. Monitor intake dan output hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur. Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava Kolaborasi Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat. Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika. Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler. Menurunkan edema serebri Menurunka metabolik sel / konsumsi dan kejang. 2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi. Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi Kriteria hasil : • Tidak terjadi serangan kejang ulang. • Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak) • Nadi 110 – 120 x/menit (bayi) 100-110 x/menit (anak) • Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi) 24 – 28 x/menit (anak) • Kesadaran composmentis Rencana Tindakan : INTERVENSI RASIONALISASI Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat. Berikan kompres dingin perpindahan panas secara konduksi Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll) saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan Batasi aktivitas selama anak panas aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis 3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi. Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi Kriteria hasil : • Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit, • RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel. Rencana Tindakan : INTERVENSI RASIONALISASI Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya. Pertahankan suhu tubuh normal suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat Atur sirkulasi udara ruangan Penyediaan udara bersih Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat Batasi aktivitas fisik aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas 4. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran Tujuan: Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran Rencana Tindakan INTERVENSI RASIONALISASI Independent monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi. Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat pasien. Melindungi pasien bila kejang terjadi Pertahankan bedrest total selama fae akut Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi Kolaborasi Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll. Untuk mencegah atau mengurangi kejang. Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi. 5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi. Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya. Kriteria hasil: • Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya. • Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan. • keluarga mentaati setiap proses keperawatan. Rencana Tindakan : INTERVENSI RASIONALISASI Kaji tingkat pengetahuan keluarga Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang, antara lain : 1. Jangan panik saat kejang 2. Baringkan anak ditempat rata dan lembut. 3. Kepala dimiringkan. 4. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut. 5. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang. 6. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu sebagai upaya preventif serangan ulang Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam DAFTAR KEPUSTAKAAN • Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta • Kapita Selekta Kedokteran FKUI, (1999) Media Aesculapius, Jakarta • Brunner / Suddarth,( 2000). Buku saku keperawatan medikal bedah,EGC, Jakarta,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar