Rabu, 12 September 2012

KISTA OVARIUM

KISTA OVARIUM A. DEFINISI • Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006) • Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000) • Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998). • Kista adalah pembesaran suatu organ yang di dalam berisi cairan seperti balon yang berisi air. Pada wanita organ yang paling sering terjadi kista adalah indung telur. Tidak ada keterkaitan apakah indung telur kiri atau kanan. Pada kebanyakan kasus justru tak memerlukan operasi. (http:// suara merdeka.com). Jadi, Kista Ovarium adalah kista yang telah bermetastase menjadi tumor ginekologik pada ovarium yang berupa kantong abnormal berisi cairan dengan presentase kematian paling tinggi. B. SIFAT KISTA 1. Kista Fisiologis Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal-normal saja. Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi, kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia masih mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista, jangan takut dulu, karena mungkin kistanya bersifat fisiologis. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid. 2. Kista Patologis (Kanker Ovarium) Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti. Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat, yang kadang tidak disadari si penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa awal agak sulit dilakukan. Gejala- gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukurannya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di bagian perut penderita. Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kista itu akan muncul kembali atau tidak. Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas. Sayangnya sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut. Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat-sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas. C. JENIS KISTA Jenis kista indung telur meliputi: 1. Kista Fungsional. Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti terpuntir atau pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bulan. 2. Kista Dermoid. Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir atau pecah. 3. Kista Cokelat (Edometrioma) Terjadi karena lapisan di dalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah), tidak terletak dalam rahim tetapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid atau sexsuale intercourse. 4. Kistadenoma. Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun. Contoh Kistadenoma: Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum. Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal, dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovarii musinosum. Kistadenoma ovarii musinosum. Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma, pendapat lain mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinativum atau mempunyai asal yang sama dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler, biasanya unilatelar dapat tumbuh menjadi sangat bersar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista. D. ETIOLOGI Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi: 1. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya: 1. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat 2. Zat tambahan pada makanan 3. Kurang olah raga 4. Merokok dan konsumsi alkohol 5. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius 6. Sering stress 2. Faktor genetik. Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker. E. TANDA DAN GEJALA Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa: • Gangguan haid. • Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. • Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit di perut. • Nyeri saat bersenggama. Pada stadium lanjut: • Asites. • Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ-organ di dalam rongga perut (usus dan hati). • Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan. • Gangguan buang air besar dan kecil. • Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada. F. STADIUM Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah : 1. STADIUM I adalah pertumbuhan terbatas pada ovarium. • Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh. • Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak. • Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif. 2. STADIUM II adalah pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul • Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba. • Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya. • Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asietas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif. 3. STADIUM III adalah tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum. • Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal. • Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif. • Stadium 3c : implant di abdomen dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif. 4. STADIUM IV adalah pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver. G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Deteksi dini Keterlambatan mendiagnosis kanker ovarium sering terjadi karena letak ovarium berada didalam rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya kanker ovarium ini di deteksi lewat pemeriksaan dalam. Bila kistanya sudah membesar maka akan teraba ada benjolan. Jika dokter menemukan kista, maka selanjutanya akan dilakukan USG untuk memastikan apakah ada tanda-tanda kanker atau tidak. Kemudian dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil jaringan (biopsy) untuk memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa dilakukan dengan laparoskopi, melalui lubang kecil di perut. Pemeriksaan lainnya dengan CT Scan dan tumor marker dengan pemeriksaan darah. H. PENATALAKSANAAN Kebanyakan penanganan tumor ovarium harus dilakukan dalam pembicaraan bersama antara ginekolog, onkolog, radiolog dan patolog. Terapi yang dilakukan berdasarkan pada usia dan kondisi penderita, macam dan derajat diferensiasi tumor. Pada umumnya terapi yang tepat adalah pengangkatan uterus dengan kedua adneksa, dikombinasi dengan pengangkatan omentum dan sebanyak mungkin jaringan tumor yang masih ada. Sitotastika menjadi sentral dalam terapi karsinoma ovarii dan kebanyakan dikombinasikan dengan derivat pletimum (sisplatin atau karboplatin) dengan zat pengalkali (siklofosfamid). Taxol sementara tampaknya hanya disediakan untuk kasus yang resistensi telah timbul terhadap derivat platinum. Akibat untuk penderita adalah besar dan efek samping seperti neurotoksisitas dan nefrotoksisitas serta depresi sumsum tulang. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian umum kista:  Ada tidaknya keluhan nyeri di perut bagian bawah  Ada tidaknya gangguan BAB dan BAK  Ada tidaknya asites  Ada tidaknya perut membuncit  Ada tidaknya gangguan nafsu makan  Ada tidaknya kembung  Ada tidaknya sesak nafas Pengkajian diagnostik kista: • USG : Ada tidaknya benjolan berdiameter > 5 cm. • CT Scan: Ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan. 2. Diagnosa I. Gangguan harga diri berhubungan dengan masalah tentang ketidaknyamanan mempunyai anak, perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual. II. Disfungsi seksual, resiko tinggi terhadap kemungkinan pola respon seksual, contoh ketidaknyaman atau nyeri vagina. III. Eliminasi urinarius, perubahan atau retensi berhubungan dengan adanya edema pada jaringan lokal. IV. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan atau kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen Jika diagnosa yang diambil adalah nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan atau kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen maka : Tujuan. Klien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan atau nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan. Kriteria hasil : • Klien mengatakan nyeri hilang/berkurang . • Ekspresi wajah rileks • Klien dapat menggambarkan keadaan nyeri minimal atau tidak ada. • Klien mampu melakukan teknik relaksasi dan distraksi saat nyeri timbul. • Tanda-tanda vital dalam batas normal. 3. Intervensi 1. Identifikasi karakteristik nyeri dan tindakan penghilang nyeri. R : informasi memberikan data dasar untuk evaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi. 2. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung), hiburan dan lingkungan. R : meningkatkan relaksasi dan membantu pasien fokus kembali ke perhatian. 3. Ajarkan teknik relaksasi. R : partisipasi pasien secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol. 4. Kembangkan rencana manajemen nyeri antara pasien dan dokter. R : mengembangkan kesempatan kontrol nyeri. 5. Berikan analgesik sesuai resep. R : mengurangi nyeri. DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPSP Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP TIM FK UNPADJ. 2001. Ginekologi. Bandung: FK UNPADJ Manuaba, I Gede Bagus. 2004. Kapita Selekta Kedokteran dan KB. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar