Rabu, 12 September 2012

makalah Perilaku Seks Menyimpang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak selamanya lurus dan normal, oleh karena itu pasti ada saja yang memiliki kecenderungan tidak normal/tidak wajar dalam menjalani hidup di dunia. Salah satu ketidakwajaran manusia dapat dilihat dari perilaku seksual menyimpang yang ada pada dirinya. Kelainan seks terjadi pada batin atau kejiwaan seseorang walaupun dari segi fisik penderita penyakit seks batin tersebut sama dengan orang-orang normal yang lain. Bentuk-bentuk penyimpangan seks tersebut tidak selamanya ditolak oleh lingkungan masyarakat di sekitarnya. Ada wilayah-wilayah yang melegalkan ketidak normalan aktivitas seks yang terjadi dan ada pula yang melakukan penolakan secara tegas setiap bentuk kelainan seksual.oleh karena hal tersebut kami membuat makalah dengan judul “perilaku seks menyimpang”. B. Rumusan Masalah 1. Apa maksud dari perilaku seks menyimpang? 2. Apa macam-macam bentuk seks menyimpang? 3. Factor apa yang menyebabkan seks menyimpang? 4. Akibat apa yang ditimbulkan akibat seks menyimpang? 5. Bagaimana cara mengatasi seks menyimpang? C. Tujuan 1. Mengetahui macam-macam perilaku seks menyimpang. 2. Mengetahui factor yang menyebabkan seks menyimpang. 3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan akibat seks menyimpang. 4. Mengetahui cara mengatasi perilaku seks menyimpang. BAB II PEMBAHASAN A. Perilaku Seks Menyimpang Manusia tidak selamanya lurus dan normal, oleh karena itu pasti ada saja yang memiliki kecenderungan tidak normal/tidak wajar dalam menjalani hidup di dunia. Salah satu ketidakwajaran manusia dapat dilihat dari perilaku seksual menyimpang yang ada pada dirinya. Kelainan seks terjadi pada batin atau kejiwaan seseorang walaupun dari segi fisik penderita penyakit seks batin tersebut sama dengan orang-orang normal yang lain. Bentuk-bentuk penyimpangan seks tersebut tidak selamanya ditolak oleh lingkungan masyarakat di sekitarnya. Ada wilayah-wilayah yang melegalkan ketidak normalan aktivitas seks yang terjadi dan ada pula yang melakukan penolakan secara tegas setiap bentuk kelainan seksual. Untuk mengobati bentuk penyimpangan aktivitas seks diperlukan suatu bimbingan konseling yang baik, dukungan orang-orang terdekat serta peran serta masyarakat untuk memberantas segala bentuk penyimpangan seks yang tidak normal. B. Macam-macam /Jenis-jenis Penyimpangan Seksual: 1. Homoseksual / homo / homoseks Homoseksual adalah kelainan dimana seseorang menyukai orang lain sesama jenis. Pada laki-laki disebut gay (homo) dan pada wanita disebut lesbian atau lesbi. 2. Sadomasokisme dan masokisme Sadomasokisme adalah penyimpangan seksual yang mendapat kenikmatan seks setelah menyakiti pasangan seksnya. Sedangkan Masokisme adalah kelainan seks yang menikmati seks jika terlebih dahulu disiksa oleh pasangannya. 3. Eksibisionisme Masih ingat stiker tidak senonoh bergambar orang yang memperlihatkan pantatnya yang sempat ngetren beberapa waktu lalu? Itulah praktik eksibisionisme. Penyimpangan ini disebut juga apodisofilia ini merupakan penyimpangan seks di mana pelakunya senang memperlihatkan bagian tubuhnya yang seharusnya tertutup kepada orang lain. Penderita penyimpangan seksual ini akan suka dan terangsang jika orang lain takjub, terkejut, takut, jijik, dan lain sebagainya. 4. Onani atau masturbasi Nah ini dia yang sering dilakukan para remaja, Onani atau masturbasi sebenarnya berdefinisi sama, yaitu merangsang alat kelamin sendiri baik dengan tangan maupun alat bantu sehingga mencapai kepuasan seksual atau sampai keluar sperma. Ada yang berpendapat bahwa sebutan onani khusus untuk praktek begituan yang dilakukan laki-laki, sedangkan masturbasi adalah sebutan praktek begituan untuk kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. 5. Fetishisme Adalah suatu penyimpangan seksual di mana pelakunya suka menyalurkan nafsu seksnya dengan cara beronani dengan benda-benda mati seperti gaun, pipa, bola lampu, dan sebagainya. 6. Voyeurisme Pelaku penyimpangan seks ini mendapat kepuasan seksual dengan melihat diam-diam atau mengintip orang lain (baik sejenis kelamin atau tidak) yang sedang telanjang, menanggalkan pakaian, atau melakukan hubungan seksual. Kelainan ini disebut juga skopofilia. Anehnya, pelaku voyeurisme sama sekali tidak mengiginkan berhubungan seksual dengan orang yang diintip. Ia cuma berharap memperoleh kepuasan orgasme dengan cara masturbasi selama atau sesudah mengintip. Berbeda dengan orang yang normal, penderita voyeurisme sudah terpuaskan tanpa harus melakukan senggama. Nggak seperti anggapan orang, voyeurisme tidak dapat dilekatkan kepada penggemar film dan pertunjukan porno, karena para pemain film itu dengan sengaja menghendaki dan menyadari bahwa mereka akan ditonton orang lain. Sebutan voyeurisme hanya berkaitan dengan intip-mengintip. Voyeurisme sejati tidak akan terangsang jika melihat seseorang yang tidak berpakaian dihadapannya. Mereka hanya terangsang dengan melakukan pengitipan. Dengan mengintip mereka mampu mempertahankan keunggulan seksual tanpa mengalami resiko kegagalan atau penolakan dari pasangan yang nyata. 7. Pedofilia adalah kondisi orang yang mempunyai ketertarikan atau hasrat seksual terhadap anak-anak yang belum memasuki masa remaja. Istilah ini seringkali ditujukan kepada orang-orang dewasa yang memiliki kondisi ini. Kadang istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada pelaku pelanggaran seksual kepada anak-anak. 8. Gerontofilia Gerontofilia adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku tertarik dan mencari kepuasan kepada orang yang sudah berusia lanjut alias nenek-nenek atau kakek-kakek. 9. Bestialitas/Zoophilia adalah hubungan seksual antara manusia dengan binatang, contohnya manusia dengan kuda, anjing, sapi, kambing, ayam, bebek, kucing, babi, simpanse. Jika bestialitas adalah sebutan untuk aktivitas seksualnya, maka kecenderungan atau ketertarikan seksual manusia terhadap binatang disebut zoofilia. 10. Nekrofilia adalah penyimpangan seksual dimana pelakunya suka melakukan hubungan seks dengan orang mati atau mayat. Dalam bahasa Yunani, nekro berarti mayat. Kelainan ini disebut juga thanatofilia atau necrolagnia. Beberapa kebudayaan kuno melakukan beginian sebagai media berkomunikasi dengan jin. Sebagian ilmu sihir asli negeri ini juga mensyaratkan praktik menjijikkan ini juga. Dalam lintasan sejarah, tercatat Sersan Bertrand dari resimen ke-74 militer Prancis pernah membongkar kuburan beberapa wanita dan berhubungan seks dengan mayat wanita itu. Guido Henckel von Donnersmarck (mati 1916 M) juga diduga melakukannya dengan mayat istri pertamanya yang ia simpan dalam tangki alkohol raksasa. Ada juga orang bernama Henri Blot yang membongkar kuburan seorang penari balet, Fernande Mery, pada Maret dan Juni 1886M dan berhubungan seks dengan mayat itu. 11. Frotteurisme merupakan kelainan seksual dimana pelakunya mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesekkan bagian tubuhnya ke orang lain di tempat umum seperti kereta, pesawat, bis, atau konser musik. Aksi gesek-menggesek ini biasanya dilakukan dengan tangan atau juga dengan alat kelamin yang dikenakan pada sembarang tubuh korban, termasuk pada area kelamin korban. Mayoritas pelakunya adalah laki-laki dan kebanyakan korbannya adalah perempuan, walau ada juga perempuan yang melakukannya kepada laki-laki atau laki-laki kepada sesamanya. Orang dewasa yang melakukannya ke anak kecil juga ada. 12. ZINA adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan orang yang bukan pasangan sah-nya, alias bukan suaminya atau bukan istrinya. Dengan definisi ini, sepasang remaja yang belum menikah jika nge-seks maka mereka disebut berzina. Seorang pria yang nge-seks sama wanita yang bukan istrinya juga disebut berzina. Ini juga termasuk incest, alias hubungan sedarah, atau hubungan seks sesame anggota keluarga sendiri non suami-istri seperti antara ayah dengan anak ceweknya, ibu dengan anak cowoknya, kakak dengan adiknya. 13. Incest Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti, antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengan anak laki-laki. 14. Sodomi Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesame jenis (homo), maupun dengan pasangan perempuan. C. Factor-faktor Terjadinya Perilaku Seks Menyimpang Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor subjektif (instrinstik) adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir). 2. Faktor objektif(ekstrinsik) adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi. Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu: 1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan.Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga. 2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. 3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. 4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang. 5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang) Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang. D. Usaha-usaha pencegahan 1. Sikap dan pengertian orang tua Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bias secara optimal diperankan oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari orang tua terhadap anaknya yang melakukan masturbasi sangat penting. Di samping itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan umum dari anak-anaknya juga kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka. Orang tua perlu mengawasi secara bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis dan pornoaksi yang terpapar pada anak. Menekankan kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa dan pemberian hukuman hanya akan menyebabkan anak putus asa dan menghentikan usaha untuk mencontohnya. Sedangkan pengawasan yang bersifat terang-terangan akan menyebabkan sang anak lebih memusatkan perhatiannya pada kebiasaan ini, dan kebiasaan ini bias jadi akan menetap. Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur, sederhana dan terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya ereksi, mulai adanya haid dn fenomena sexual secunder lainnya. Secara khusus, biasanya anak remaja melakukan masturbasi jika punya kesempatan melakukannya. Kesempatan itulah sebenarnya yang jadi persoalan utama. Agar tidak bermasturbasi, hendaklah dia (anak) jangan diberi kesempatan untuk melakukannya. Kalau bisa, hilangkan kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempat-tempat yang sunyi, sepi dan menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk mendapatkan kesempatan menyepi sendiri. Usahakan agar dia tidak seorang diri dan tidak kesepian. Beri dia kesibukan dan pekerjaan menarik yang menyita seluruh perhatiannya, sehingga ia tidak teringat untuk pergi ke tempat sunyi dan melakukan masturbasi. Selain itu, menciptakan suasana rumah tangga yang dapat mengangkat harga diri anak, hingga ia dapat merasakan harga dirinya. Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan gambar-gambar porno. Suruhlah anak-anak berolah raga, khususnya olah raga bela diri, yang akan menyalurkan kelebihan energi tubuhnya. Atau membiasakan mereka aktif dalam organisasi kepemudaan dan keolahragaan. 2. Pendidikan seks Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah remaja pada kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya terus-menerus dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan sekolah diberikan sex information dengan cara terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan seksual yang sederhana dan informatif. Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yag lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai bidangnya. Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak ketika sampai pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks. E. Pengobatan Biasanya anak-anak dengan kebiasaan masturbasi jarang dibawa ke dokter, kecuali kebiasaan ini sangat berlebihan. Masturbasi memerlukan pengobatan hanya apabila sudah ada gejala-gejala abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah banyak menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah/dosa, menarik diri atau adanya gangguan jiwa yang mendasari, seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi maupun psikosa. 1. Farmakoterapi a. Pengobatan dengan estrogen (eastration) Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya tidak terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak diubah. Diberikan peroral.Efek samping tersering adalah ginecomasti. b. Pengobatan dengan neuroleptik 2. Phenothizine Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan.Diberikan peroral. 3. Fluphenazine enanthate Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan sexual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat. Diberikan IM dosis 1cc 25 mg. Efektif untuk jangka waktu 2 pekan. 4. Pengobatan dengan trnsquilizer Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer berguna sebagai terapi adjuvant untuk pendekatan psikologik. 5. Psikoterapi Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan pendekatan yang cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan dengan sikap yang penuh pengertian terhadap keluhan penderita. Menciptakan suasana dimana penderita dapat menumpahkan semua masalahnya tanpa ditutup-tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi. Pada penderita yang datang hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya sedikit kecemasan, tindakan yang diperlukan hanyalah meyakinkan penederita pada kenyataan yang sebenarnya dari masturbasi. Pada kasus-kasus adolescent, kadang-kadang psikoterapi lebih kompleks dan memungkinkan dilakukan semacam interview sex education. Psikotherapi dapat pula dilakukan dengan pendekatan keagamaan dan keyakinan penderita. 6. Hypnoterapi Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita dengan masturbasi kompulsif, yaitu dengan mengekspose pikiran bawah sadar penderita dengan anjuran-anjuran mencegah masturbasi. 7. Genital Mutilation (Sunnat) Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan secara medis.Pada beberapa daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan tujuan mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat seksual seseorang, dilakukan mutilasi genital dengan model yang beraneka macam. 8. Menikah Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah dianjurkan untuk menyegerakan menikah untuk menghindari/mencegah terjadinya kebiasaan masturbasi. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan seksual secara garis besar adalah: Faktor subjektif (instrinstik) adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir). Faktor objektif(ekstrinsik) adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi. B. SARAN Kita sebaiknya menghindari hal-hal yang bias menyebabkan perilaku seks yang menyimpang,dengan menghargai norma-norma yang berlaku,serta membentengi diri dengan iman yang kuat dengan mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Kita juga harus membantu memberantas dan mencegah perilaku seks yang menyimpang. DAFTAR PUSTAKA Davidson, Geral C., Neale, John M., ( 2001 ). Abnormal psychology. 8th edition. NewYork: John Wiley & Sons Fausiah, Fitri.2005.Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.Universitas Indonesia:Jakarta Kartono, Kartini.1989.Psikologi Abnormal Dan Abnormalitas Seksual.Mandar Maju:Bandung Neale, John M., Davidson, Gerald C., Haaga, David A. F. ( 1996 ). Exploring Abnormal Psychology. New York: John Wiley & Sons.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar