Rabu, 12 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR TULANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR TULANG A. KONSEP DASAR 1. Definisi Neoplasma dari sistem muskuluskeletal terdapat beberapa jenis. Neoplasma tersebut mencakup tumor-tumor asteogenik, kondrogenik, fibrogenik, otot dan sel sumsum tulang juga saraf, vaskuler dan tumor sel lemak. Neoplasma tersebut dapat juga merupakan tumor primer / tumor metatasik dari kanker primer yang terdapat dimana saja didalam tubuh. 2. Etiologi Penyebab tumor ini, seperti hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan teka teki yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus ankogenik yang telah terlihat dalam terjadinya keganasan yang lain, telah dianggap sebagai agen penyebab. Faktor genetik juga mempunyai peran dalam penyebab tumor tulang tersebut. 3. Patofisiologi Neoplasma jaringan tulang Neoplasma jaringan tulang sendiri Neoplasma jaringan lain Merangsang fungsi osteoblas Aliran darah Resorbsi tulang Menyebar ke tulang - Tulang belakang - Tulang paha proximal - Iga - Sternum 4. Klasifikasi Tumor Tulang A. Tumor-Tumor Pembentuk Tulang (Osteoblastik) Tumor-tumor dari golongan ini ditandai dengan pembentukan matriks orteosid (yang dapat mengalami mineralisasi) dan karena tu dapat dianggap berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang telah berdiferensiasi sepanjang jalur osteoblastik. Tumor ini juga disebut osteogenik. Tiga tumor penitng yang termasuk dalam golongan ini adalah osteoma, osteoid osteoma dan osteosarkoma. a. Osteoma Tumor ini jarang dijumpai dan perutmbuhannya mutlak jinak, sering dijumpai pada permukaan dalam dari tulang tengkorak. Pertumbuhannya terdiri dari jaringan tulang normal. Tumor ini tidak mengganggu secara klinis dan diangkat berdasarkan alasan kosmetik atau jika menyebabkan efek penekanan lokal. b. Osteoid Osteoma Ini adalah neoplasma jinak yang kecil pada diafisis tulang panjang. Tumor ini tumbuh di dalam korteks tulang, dimana ia menimbulkan nodul berbatas jelas berwarna abu-abu merah dengan diameternya tidak lebih dari 1 cm. Sekitarnya segera dibatasi oleh daerah yang padat berupa jaringan tulang sklerotik. Tumornya sendiri terdiri dari susunan cabang-cabang yang beranastomasis, trabekula osteoid yang mengalami mineralisasi sebagian dengan diantaranya terdapat jaringan ikat vaskuler. c. Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) Tumor ini berasal dari sel mesenkim, yang ditandai dengan diferensiasi osteoblastik dari sel neoplasma. Pembentukan osteoid langsung oleh sel tumor merupakan tanda khas pada osteosarkoma. Osteosarkoma memiliki sifat khas berupa perjalanan klinisnya yang agresif dan mempunyai pronogsis yang jelek. Tumor ini banyak diderita orang muda, pada usia antara 10 dan 25 tahun. Laki-laki dua kali lebih sering terkena daripada wanita. B. Tumor-Tumor Kondroma Ada tiga macam tumor kartilaginosa yang penting : osteokondroma, enkondroma, kondrosarkoma. a. Osteokondroma (Exostosis Cartilaginea) Tonjolan neoplasma tulang yang bersifat jinak ini, menonjol keluar dari permukaan metafisis tulang panjang, kebanyakan dari bagian distalfemur atau proksimal fibia dan diselubungi oleh pertumbuhan tulang rawan. Tumor ini terutama berkembang pada anak-anak dan remaja serta mengikuti suatu perjalanan penyakit yang sangat lambat, kadang-kadang secara nyata perkembangannya berhenti diikuti penulangan yang lengkap. b. Enkondroma Enkondroma tampak sebagai suatu lesi dengan konsistensi keras, agak berbaya, bening seperti kaca, berwarna biru abu-abu yangterbatas dan mengikis korteks tulang yang melapisinya. Tumor ini terjadi didalam tulang, sering mengenai tulang-tulang pendek-pendek pada tangan dan kaki, terutama yang menderita adalah dewasa muda. c. Kondrosarkoma Kondrosarkoma adalah tumor yang tumbuhnya lambat, sring setelah bertahun-tahun. Tergantung pada derajat deferensiasinya, maka kelangsungan hidup selama lima tahun berkisar antara 43 sapai 90 %, kondrisarkoma timbul pada golongan usia yang lebih tua. Gejala seringkali berupa nyeri sendi yang timbul dari jaringan tulang rawan. Perawatannya dengan eksisi pembedahan. Jika kambuh, tumor ini ditangani dengan eksisi, bedah beku atau radioterapi. C. Tumor Tulang Lainnya a. Tumor Sel Raksasa (Osteoklastoma) Sifat khas dari tumor sel raksasa adalah adanya stroma vaskuler dan selular yang terdiri dari sel-sel berbentuk oval yang mengandung sejumlah nukleus lonjong, kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa ini merupakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda. Sel ini mengandung sejumlah nukleus yang vesikular dan menyerupai sel-sel stroma. Tumor-tumor sel raksasa terutama terjadi pada orang dewasa muda, lebih banyak terjadi pada wanita. Tempat-tempat yang biasa diserang oleh tumor radius. Gejala yang paling sering adalah nyeri. b. Sarkoma Ewing Sarkoma ewing merupakan jenis tumor tulang lain yang sangat ganas. Tumor ini paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan tempat yang paling sering adalah korpus tulang-tulang panjang. Tumor ini terdiri dari lembaran-lembaran difus dari sel dengan sedikit stroma, atau kadang-kadang berbentuk kumpulan lobular yang dipisahkan oleh septa fibrovaskular yang halus. Sel tumor berbentuk bulat kecil, mempunyai inti berwarna gelapdengan sedikit sitoplasma dan mengandung granula glikogen. Tanda dan gejala yang khas adalah nyeri, benjolan nyeri tekan, demam (38 – 40oC) dan leukosit (20.000 s/d 40.000 lukosit / mm3). 5. Manifestasi Klinis Terjadi dengan tentang masalah berkaitan yang luas : 1. Asimtomatik atau nyeri (ringan / kadang-kadnag konstan / berat). 2. Derajat ketidakmampuan bervariasi, dan pada waktu pertumbuhan tulang nyata. 3. Penurunan berat badan, malaise, dan demam. 6. Pemeriksaan Diagnostik a. Mungkin terdiagnosa secara tidak sengaja setelah terjadinya frkatur patologis. b. Pemindai CT, pemindaian tulang, pencitraan resonan magnetik, arteriografi, dan sinar –x. c. Assai biokimia darah dan urine (alkalin fosfatase seringkali meningkat dengan sarkoma osteogenik, asam fosfatase serum meningkat dengan karsinoma metastatik dari prostat, hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metatastik payudara, pru dan ginjal). d. Biopsi pembedahan untuk identifikasi histologis, staging adalah dasar pada ukuran, derajat, lokasi dan metatastik. 7. Penatalaksanaan Sasaran dari pengobatan adalah untuk menghancurkan atau mengangkat tumor. Hal ini dapat diselesaikan dengan eksisi pembedahan (berkisar dari insisi setempat sampai amputasi dan disartikulasi) radiasi, atau kemoterapi. 1. Sarkoma jaringan lunak diatasi dengan radiasi, eksisi limb-sparing, dan kemoterapi. 2. Pengobatan kanker tulang metatastik adalah paliatif, dan tujuan terapeutik adalah untuk menghilangkan nyeri dan rasa tak nyaman sebanyak yang memungkinkan. 3. Fiksasi internal dari fraktur patologis meminimalkan kecacatan yang berkaitan dan nyeri. B. ASUHAN KEPERAWATAN I. Pangkajian - Identitas (Nama, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, dx medis, dsb) - Keluhan Utama Nyeri pada tulang - Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan pada klien, pernah atau sedang menderita selalu penyakit lainnya dan pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. - Riwayat Penyakit Sekarang Klien pada umumnya mengeluh nyeri pada tulang. - Riwayat Penyakit Keluarga Kaji adakah keluarga klien yang sedang atau pernah mengalami penyakit yang serupa dengan penyakit klien, dan tanyakan apakah ada anggota keluarga klien yang mempunyai penyakit berat lainnya. - Riwayat Psikososial – Spiritual Psikologis : Apakah klien menerima penyakit yang dideritanya atau menarik diri ? Sosial : Bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan sekitar sebelum dan selama sakit dan apakah klien dapat beradaptasi dengan lingkungan baru (Rumah Sakit) ? Spiritual : Apakah dan bagaimana klien mengerjakan ibadahnya saat sakit ? II. Pemeriksaan Fisik - observasi TTV (TD, S, N, P) pada umumnya tidak ada masalah atau normal, dapat berubah sesuai dengan kondisi klien. - Observasi tingkat kesadaran keadaan klien pada umumnya baik atau dapat berubah sesuai dengan kondisi klien. III. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari - Makan Kaji frekuensi, jenis, dan jumlah makanan - Minum Kaji frekuensi, jenis, dan jumlah. - Pola Eliminasi Alvi (BAB) : Frekuensi, kosnistensi, warna. Tanyakan apakah ada kelainan / kesulitan pada waktu BAB. Urine (BAK) : Frekuensi warna Tanyakan pula apakah ada kelainan / kesulitan pada waktu BAK. - Istirahat Tanyakan apakah pasien merasa terganggu pada pemenuhan kebutuhan istirahat tidur. - Aktivitas Membatasi aktivitas sehari-hari / bedrest total. IV. Pengkajian Persitem - Sistem Muskuluskeletal Pergerakan sendi dan tulang tidak dapat digerakkan secara normal. - Sistem Penglihatan Mata cowong dan konjungtiva pucat. - Sistem Pernafasan Kaji Frekuensi dan irama pernafasan Bentuk dada simetris, pernafasan normal. - Sistem Cardiovaskuler Pola nadi normal dan tidak ada nyeri pada dada. - Sistem Persyarafan Gerak reflek tubuh normal. - Sistem Pencernaan Perut tidak merasa kembung, tidka nyeri tekan. - Sistem Reproduksi Tidak adanya penyakit kelamin. - Sistem Perkemihan Tidak terdapat radang aliran kandung kemih (Uretrititis). V. Diagnosa Keperawatan - Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan regimen terapeutik. - Nyeri yang berhubungan dengan proses patologis dan pembedahan. - Resiko terhadap cidera, fraktur patologis yang berhubungan dengan tumor. - Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan ketakutan akan ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung yang tidak adekuat. - Gangguan harga diri yang berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh atau perubahan dalam peran. VI. Intervensi Keperawatan Diagnosa I : Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan regimen terapeutik. Tujuan : Mengurangi kurangnya pengetahuan tentang penyakit. Kriteria hasil : Menunjukkan perilaku untuk mengerti tentang penyakit (diberi penjelasan, tidak terlalu banyak bertanya) Intervensi : 1. Jelaskan tentang proses penyakit yang diderita. R / : Dengan mengetahui proses penyakitnya px akan lebih tenang. 2. Diberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan ketidaktahuannya. R / : Dapat meringankan beban pikiran pasien. 3. Gunakan komunikasi terapeutik. R / : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat – pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan. 4. Beri informasi yang akurat tentang penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan. R / : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien. Diagnosa II : Nyeri yang berhubungan dengan proses patologis dan pembedahan. Tujuan : Rasa nyeri hilang / berkurang. Kriteria hasil : Pasien dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri. Intervensi : 1. Kaji tingkat, frekuensi danreaksi nyeri yang dialami pasien. R / : Untuk mengetahui berupa tingkat nyeri yang dialami pasien. 2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri. R / : Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak kerja sama dalam melakukan tindakan. 3. Ciptakan lingkungan yang tenang. R / : Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri. 4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. R / : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien. 5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien. R / : Membantu mempercepat proses penyembuhan. Diagnosa III : Resiko terhadap cidera, fraktur patologis yang berhubungan dengan tumor. Tujuan : Cidera hilang / berkurang Kriteria Hasil : Pasien dapat melakukan aktivitas. Intervensi : 1. Sangga tulang yang sakit dan tangani dengan lembut selama pemberian asuhan keperawatan. R / : Membantu proses penyembuhan dan mengurangi cidera pada pasien. 2. Gunakan sanggahan seksternal untuk perlindungan tambahan. R / : Mengurangi cidera dan melindungi cidera pada pasien. 3. Ikuti pembatasan penahanan berat badan yang dianjurkan. R / : Untuk menjaga keseimbangan tubuh pasien. 4. Ajarkan bagaimana cara untuk menggunakan alat ambulatori dengan aman dan bagaimana untuk menguatkan ekstremitas yang tidka sakit. R / : Mempercepat proses penyembuhan dan pasien dapat melakukan aktivitas. Diagnosa IV : Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan ketakutan akan ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung yang tidak adekuat. Tujuan : Koping individu menjadi efektif. Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan perilaku terhadap koping yang efektif. Intervensi : 1. Kaji kemampuan / keterbatasan yang dialami, catat adanya proses pikir yang menyimpang, emosi yang labil, penurunan kognitif, catat bagaimana hal ini mempengaruhi kemampuan kerja individu. R / : Pengaruh organik / psikologis menyebabkan px mudah distraksi, kesulitan lamanya untuk konsentrasi, memecahkan masalah. 2. Tentukan pemahaman pasien terhadap keadaan saat ini dan metode penanganan masalah hidup sebelumnya. R / : Memberi petunjuk bagaimana pasien dapat mengatasi apa yang terjadi sekarang dan membantu mengidentifikasi sumber dan kebutuhan individu terhadap bantuan. 3. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan takutnya. R / : Dapat menurunkan ketakutan pasien, mengembangkan kepercayaan dan memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah untuk membuat proses pemecahan masalah. 4. Observasi komunikasi non verbal seperti posisi tubuh, kontak mata, gerakan tertentu, gerakan tangan dan penggunaan sentuhan. R / : dapat memberikan adanya perbedaan antara perasaan dan apa yang diungkapkannya dapat mengurangi kemampuan untuk mengatasi ketakutan dan memecahkan masalah. Diagnosa V : Gangguan harga diri yang berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh atau perubahan dalam peran. Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien. Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan sikap dan perilaku yang percaya diri. Intervensi : 1. Kaji / peritmbangkan persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi. R / : Pasien yang emmandang amputasi sebagai pemotongan hidup akan menerima diri yang baru lebih cepat, karena amputasi menjadi akibat kegagalan tindakan berada pada resiko tinggi gangguan konsep diri. 2. Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif dan kehialngan bagian tubuh. R / : Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realita hidup. 3. Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien. R / : Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses rehabilitasi. 4. Diskusikan persepsi penting tentang diri dan hubungan dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola / peran fungsi yang biasanya. R / : Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu memecahkan masalah. 5. Dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. R / : Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri. VII. Implementasi Merupakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang ada. VIII. Evaluasi 1. Apakah pengetahuan pasien terhadap penyakitnya sudah terpenuhi ? 2. Apakah nyeri yang dialami pasien sudah berkurang ? 3. Apakah cidera yang dialami pasien sudah berkurang ? 4. Apakah koping pasien sudah efektif ? 5. Apakah harga diri pasien sudah meningkat ? DAFTAR PUSTAKA Baughman C. Diane (1996). Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku dari Bruner dan Suddarth. EGC : Jakarta. Price Anderson Sylvia (1985). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Bagian 2. EGC : Jakarta . Pricce A. Sylvia (1994). Patofisiologi Edisi 4. EGC : Jakarta. Marilyn Dongoes (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar