Rabu, 12 September 2012

Hipertiroid

Pengertian Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.Bentuk yang umum dari masalah ini adalah penyakit graves,sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma , tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH meningkat,tiroditis subkutan dan berbagai bentuk kenker tiroid. Etiologi Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves,suatu penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormone yang berlebihan. Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah : Toksisitas pada strauma multinudular Adenoma folikular fungsional ,atau karsinoma(jarang) Adema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis) Tomor sel benih, misal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan mirip-TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional) Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato)yang keduanya dapat berhubungan dengan hipertiroid sementara pada fase awal Manisfestasi klinis Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat. Keluhan yang sering timbul antara lain adalah : Kecemasan,ansietas,insomnia,dan tremor halus Penurunan berat badan walaupun nafsu makan baik Intoleransi panas dan banyak keringat Papitasi,takikardi,aritmia jantung,dan gagal jantung,yang dapat terjadi akibat efek tiroksin pada sel-sel miokardium Amenorea dan infertilitas Kelemahan otot,terutama pada lingkar anggota gerak ( miopati proksimal) Osteoporosis disertai nyeri tulang. Tidak banyak orang tahu ketika saya mengaku saya penderita Hypertiroid. Kebanyakan hanya mengenal Gondok yang entah kesannya kok seperti penyakit “wong ndeso” karena definisinya yang kekurangan yodium. Alm. Ibu saya pernah bercerita bahwa dahulu garam yang dipakai memasak bukan garam beryodium seperti sekarang. Yodium sendiri adalah sejenis mineral yang dititipkan pada garam karena garam banyak digunakan untuk memasak sebagai penyedap rasa (sama seperti MSG). Namun sumber terbesar yodium adalah pada seafood seperti: kerang, udang, rumput laut,aneka ikan dan olahannya. Nah jadi lebih masuk akal, mengapa Gondok sering dikaitkan dengan penyakit ‘wong ndeso’ , karena makanan seperti seafood jarang dikonsumsi ‘wong ndeso’ .^-^ Hypertiroid atau Hipertiroidisme juga memberikan ciri yang sama dengan Gondok yaitu terjadi pembesaran pada leher karena pembengkakan kelenjar tiroid. Hypertiroid adalah sebuah keadaan dimana kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan dalam menghasilkan hormon thyroxine (T4) dan triodothyroxine (T3) karena tidak normalnya sistem endokrin. Ketidaknormalan sistem endokrin biasanya disebabkan karena peredaran darah yang tidak lancar, ketidakseimbangan metabolisme dan menumpuknya toxin dalam tubuh karena tidak dapat dikeluarkan. Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. Gejala utama penderita Hypertiroid adalah jantung berdebar-debar, nafsu makan bertambah tapi berat badan menurun, mengeluarkan keringat yang berlebihan, insomnia, dan penonjolan pada mata. Gejala jantung yang berdebar disebabkan karena kelenjar tiroid berperan dalam mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Bisa dibayangkan, bagaimana jika metabolisme berlangsung dengan cepat, maka sel-sel akan bekerja lebih keras, sehingga organ tubuh akan bekerja dengan cepat. Inilah yang menyebabkan jantung berdebar. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung, dan membuat jantung cepat lelah. Kondisi paling parah , hypertiroid bisa menjadi pemicu gagal jantung. Tiroidektomi Introduksi a. Definisi Suatu tindakan pembedahan dengan cara pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid pada kedua lobus. b. Ruang lingkup Benjolan di leher bagian depan, ikut bergerak waktu menelan disertai tanda hipertiroidi, benjolan difus, optalmopati dikarenakan kelainan auto imun. c. Indikasi operasi Usia < 40 tahun. Disertai nodul tiroid. Anak-anak. Wanita hamil. Problem kardiologis akibat penyakit Graves. d. Kontra indikasi operasi Penyakit Graves rekuren. Alergi OAT. Resiko tinggi untuk bedah/anestesi. e. Diagnosis Banding Tiroiditis subakut f. Pemeriksaan Penunjang Lab: T3, T4, TSH Foto polos leher (kalau perlu), USG tiroid, EKG Teknik Operasi Persiapan sebelumnya, pasien dalam kondisi eutiroid dan diberikan lugolisasi 7-14 hari. Menjelang operasi Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan permohonan dari penderita untuk dilakukan operasi. (Informed consent) Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi, persiapan ruang ICU untuk monitoring setelah operasi. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi Tanpa antibiotika profilaksis. Tahapan operasi Pembiusan dengan endotrakeal, posisi kepala penderita hiperekstensi dengan bantal di bawah pundak penderita. Desinfeksi dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Insisi collar dua jari di atas jugulum, diperdalam memotong m. platisma sampai foscia kolli superfisialis Dibuat flap keatas sampai kartilago tiroid dan kebawah sampai jugulum, kedua flap di teugel keatas dan kebawah pada linen. Fascia kolli superfisial dibuka pada garis tengah dari kartilago hioid sampai jugulum. Otot pretrakealis (sternohioid dan sternotiroid) kanan kiri dipisahkan kearah lateral dengan melepaskannya dari kapsul tiroid. Tonjolan tiroid diluksir keluar dan dievaluasi mengenai ukuran, konsistensi, nodularitas dan adanya lobus piramidalis. Ligasi dan pemotongan v. tiroidea media, dan a. tiroidea inferior sedikit proksimal dari tempat masuk ke tiroid, hati‑hati jangan mengganggu vaskularisasi dari kel. paratiroid. Identifikasi N. rekuren pada sulkus trakeoesofagikus. Syaraf ini diikuti sampai menghilang pada daerah krikotiroid. Identifikasi kel. paratiroid pada permukaan posterior kel. tiroid berdekatan dengan tempat a. tiroidea inferior masuk ke tiroid. Kutub atas kel. tiroid dibebaskan dari kartilago tiroid mulai dari posterior dengan identifikasi cabang eksterna n. laringikus superior dengan memisahkannya dari a. & v. tiroidea superior. Kedua pembuluh darah tersebut diligasi dan dipotong. Kemudian lobus tiroid dapat dibebaskan dari dasarnya dengan meninggalkan intak kel. paratiroid beserta vaskularisasinya dan n. rekuren. Untuk melakukan prosedur subtotal maka dengan menggunakan klem lurus dibuat “markering” pada jaringan tiroid di atas n. rekuren dan gld. paratiroid atas bawah dan jaringan tiroid disisakan sebesar satu ruas jari kelingking penderita Prosedur yang sama dilakukan juga pada satu lobus tiroid kontralateral. Perdarahan yang masih ada dirawat, kemudian luka pembedahan ditutup lapis demi lapis dengan meninggalkan drain Redon. g. Komplikasi operasi Komplikasi dini paska bedah Perdarahan Bila darah di botol Redon > 300 ml per 1 jam, perlu dilakukan re‑open. Jika perdarahan arterial, drain Redon kurang cepat menampung perdarahan dan darah mengumpul pada leher membentuk hematoma dan menekan trakea sehingga penderita sesak napas. Lakukan intubasi atau tusukkan Medicut no.12 perkutan menembus membran krikotiroid. Luka operasi dibuka dan evakuasi bekuan darah Penderita dibawa ke kamar pembedahan untuk dicari sumber perdarahan dan dihentikan, dipasang drain Redon. Lesi n. laringius superior Cedera pada cabang eksternus mengakibatkan perubahan tonus suara penderita, bila berbicara agak lama maka penderita merasa capek dan suara makin menghilang. Cedera pada cabang internus mengakibatkan penderita tersedak bila minum air. Kerusakan n. rekuren Bila waktu pembedahan kedua syaraf rekuren diidentifikasi maka kemungkinan paralise akibat kecelakaan dilaporkan hanya 0‑0,6%. Gangguan yang sifatnya transien pada 2‑4% dan akan sembuh sendiri dalam beberapa minggu atau bulan Adanya gangguan pada n. rekuren secara awal dapat dilihat dengan laringoskop direkta pada waktu dilakukan ekstubasi. Komplikasi yang terjadinya lambat Hipoparatiroidism Hipokalsemia transien dapat terjadi 1‑2 hari pasca‑bedah. Oedema pada paratiroid karena manipulasi dapat menambah terjadinya hipoparatiroidism transien. Bila timbul gejala klinis seperti parestesi, kram, kejang, perlu diberi terapi dengan pemberian pelan intravena kalsium glukonat 10% sebanyak 10 ml, disertai kalsium per‑oral. Terjadinya hipoparatiroidism permanen bila kel.paratiroid terambil sebanyak 2 buah atau lebih, atau terjadi kerusakan vaskularisasinya. Untuk mencegah hal ini dianjurkan untuk melakukan autotransplantasi kel. paratiroid pada m. sternokleido- mastoideus. Autotransplantasi kel. paratiroid ini memiliki daya hidup yang tinggi Hipotiroidism Hipotiroidism setelah tiroidektomi subtotal terjadi bila sisa jaringan tiroid yang ditinggalkan kurang banyak. Hipertiroid rekuren Krisis tiroid h. Mortalitas Angka kematian pasca tiroidektomi total yang dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman kurang dari 0,2 % dan dalam sejumlah banyak seri yang dilaporkan angka kematiannya adalah 0%. i. Perawatan Pascabedah Pasca-bedah dirawat di ICU 1 malam, OAT diteruskan 2 hari, Lugol distop, Propanolol tapering off, Drain dilepas bila produksi <10 ml/hr, dan angkat jahitan hari ke 7. j. Follow-Up Follow-up : Tahun ke 1 : tiap 3 bulan Tahun ke 2 : tiap 4 bulan Tahun ke 3, 4 : tiap 6 bulan Tahun ke 5 : setiap tahun Yang dievaluasi : Leher → tonjolan tiroid Klinis dan faal tiroid ( T3,T4,TSH) setiap kontrol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar