ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN EMPIEMA
A. Konsep Dasar
I.
Pengertian
·
Empiema
1. Terkumpulnya pus di rongga tubuh
2. Penumpukan cairan terinfeksi/pus
pada kavita pleura, pada awalnya cairan pleura sedikit mengalami kemajuan pada
fibropurulen, kemudian ke tahap di mana paru dengan membran eksudat yang tebal
·
Empiema
Toraks
1. Pengumpulan pus di rongga toraks
2. Pus dalam rongga pleura yang
disebabkan oleh infeksinya tersembunyi paru seperti pneumonia/abses paru,
terjadi setelah operasi torakal/akibat luka tusuk dada
3. Adanya eksudat purulent dalam cairan
pleura
II. Etiologi
Disebabkan oleh kuman :
a. Staphilococcus – tersering
Empiema timbul pada
waktu masih akut.
b. Pneumocuccus – kadang-kadang
Timbulnya cairan setelah
pneumonia membaik
III. Patofisiologi
Invasi hasil piogenik
Pleura
Keradangan akut yang diikuti
Dengan pembentukan eksudat serosa
Sel hidup sel
mati
Kadar protein
Cairan keruh dan kental
Fibrin
Katung-kantung yang melokalisasi nanah
Bronkus dinding toraks
Fistel bronko – pleural – kulit
Empiema
IV. Manifestasi Klinik
Dibagi 2 stadia : akut
dan kronik
Empiema akut :
Terjadinya sekunder
infeksi di tempat lain, bukan primer di pleura. Pada permulaan gejala-gejalanya
mirip dengan pneumonia, panas tinggi, nyeri pleuritik. Pada pemeriksaan fisik
didapatnya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
Bila pada stadium ini
dibiarkan beberapa minggu, akan timbul foksemia, anemia, clubbing fingers. Jika
nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronko pleural/empiema
nesessitatis.
Empiema Kronis :
Batas yang tegas antara
empiema akut dan kronis sukar ditentukan disebut kronis bila empiema
berlangsung selama lebih dari 3 bulan penderita mengeluh badannya lemah,
kesehatannya makin mundur pucat clubbing fingers, dada datar, adanya
tanda-tanda cairan pleura, bila terjadi fibrotoraks trakea dan jantung akan
tertarik ke sisi yang sakit.
V.
Penanggulangan
Karena empiema sering didasari oleh penyakit kronis,
penyebabnya ini harus dicari dan diobati dengan tuntas. Termasuk di dalamnya
sputum dan cairan empiema. Pemeriksaan etiologi cairan empiema, dan bronkospi
untuk melihat infeksi kronik bronkos, bonkulosis, tumor paru, atau sumbatan.
Sebelumnya pembedahan diberikan antibiotik dan pengaliran
tertutup yang biasanya disertai bilasan secara berkala. Namun harus diingat
kemungkinan timbulnya resistesi pada pemakaian antibiotik.
VI. Pengolahan Bedah
Bila
pengaliran tertutup dan pembilasan berkala tidak memuaskan, dapat dilakukan
reseksi iga untuk melakukan pengaliran dan pembilasan terbuka. Bila infeksi
dapat dilakukan tindak bedah berupa dekartikasi (mengangkat lapisan atau
sesuatu alat paru). Tindakan ini terdiri dari mengangkat/membuang kantong
empiema, mungkin juga ditambah dengan reseksi paru apabila ada bagian paru yang
tidak berfungsi lagi.
VII. Diagnostik Test
-
Pemeriksaan
sinar X dada
Efusi pleura umlateral dan bilateral
-
Torasintesis
-
Pemeriksaan
cairan pleura
Jumlah sel cair
Berat jenis
PH < 7,2 mmHg
Pemeriksaan sitologi
-
GDA
: PaO2 < 70 mmHg, PaCO2 dan PH
dalam batas normal
VIII. Potensial Komplikasi
- Pneumonia toraks
- Pneumonia
- Fisula Bronkopleural
IX. Penatalaksanaan Medis
- Pemasangan selang dada
Irigasi rongga pleura
- Drainase terbuka (open drainase)
Karena menggunakan
kateter karet yang besar, maka disertai juga pemotongan (reseksi) tulang iga.
Open draineg ini
dikerjakan pada empiema kronik ini bisa berakibat : pengobatan yang terlambat,
aspirasi kurang adekuat, drainase tidak adekuat, atau sering
mengganti.membersihkan drain.
- Aspirasi intrapleural dan instilasi
obat
- Toraktoum bila perlu
- Diet tinggi kalori dan protein
- Terapi O2 bila perlu
- Obat-obatan
Ø Antibiotik
Ø Antipuretik
Ø Analgesik
Menggugat
kematian utama karena sepsi, maka antibiotik memegang peranan penting.
Antibiotik harus segara diberikan begitu diagnosa ditegakkan dan dosisnya harus
adekuat. Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecetan gram dari hasil
pusau nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur
konsensivitasnya.
Penatalaksanaan Cairan
Sasaran penatalaksanaan adalah untuk
mengalirkan kavitas pleural dan mencapai ekspansi paru yang optimal, dicapai
dengan drainase yang adekuat, antibiotik
(dosis besar) dan streptokinase. Drainase cairan pleural/pus tergantung pada
tahapan penyakit dan dicapai dengan :
a.
Aspirasi jarum (torasentesis)
jika cairan tidak terlalu kental
b.
Drainase dada tertutup
c.
Drainase dada terbuka untuk
mengeluarkan pus pleural yang mengental dan debris serta mereseksi jaringan
pulmonal yang mendasari penyakit
d.
Dekortikasi, jika inflamasi
telah bertahan lama
X.
Prognosis
Prognosa terpengaruhi oleh umur, penyakit
dasarnya dari pengobatan permulaan yang adekuat. Angka kematian meningkat pada
umur tua, penyakit dasar yang berat dan pengobatan yang terlambat
Preventif
Pengobatan yang adekuat
penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan empiema.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN EMPIEMA
I. Pengkajian
Identitas
Meliputi :
Identitas :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Keluhan
Utama
Kesulitan bernafas,
batuk produktif, nyeri dada terlokalisasi pada klien.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Kapan mulai terjadinya
kelainan, separah apa penyakit yang pernah dirasakan. Faktor yang memberatkan
penyakitnya.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Apakah klien dulu pernah
menderita pneumonia, TB paru, bronkluektase, dll.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Apakah keluarga px
menderita penyakit yang sama dengan kx / penyakit berat lainnya.
Kebutuhan
Sehari-hari
- Makan / kebutuhan nutrisi dan cairan
Kaji pola makan, jenis
makanan dan minuman serta pantangan/alergi beserta jumlahnya dengan kelainan
yang didapat.
- Eliminasi BAB dan BAK
Kaji adakah kelainan
polanya, frekuensi, warna, konsistensi dan bau
- Kebutuhan istirahat tidur
Kaji pola tidur serta
kebutuhan istirahat tidur, jika terganggu cari tahu penyebabnya.
- Aktifitas
Kaji apakah dengan
penyakitnya tersebut aktifitas kx terganggu atau tidak.
Pemeriksaan
Fisik
1. Kaji keadaan umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, nadi, respirasi, rate dan suhu
2. Pengkajian persistem
Pernapasan
- Inspeksi : terdapat pernapasan cuping hidung
- Palpasi : femitus fakal melemah
- Perkusi : pekak yang memberikan gambara garis melengkung
- Aukultasi : krepitasi, bising nafas yang hilang
II. Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan
pola pernapasan yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru sekunder
terdapat dorongan dalam rongga pleura
Nyeri
dada yang berhubungan dengan faktor biologis (trauma jaringan) dan faktor fisik
(pemasangan selang dada)
Kurang
pengetahuan yang b/d informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan
perawatan diri
III. Intervensi
Dx 1 :
Ketidakefektifan pola pernapasan
yang b/d penurunan ekspansi paru sekunder, terdapat dorongan dalam rongga
pleura
Tujuan : dalam waktu 8 x 24 jam pola
pernapasan kembali normal
Kriteria hasil :
·
Mempertahankan
pola pernapasan yang efektif yang dibuktikan dengan :
-
Irama,
frekuensi dan kedalaman pernapasan normal
-
Dispnea
berkurang
-
Tidak
menggunakan pernapasan cuping hidung
Intervensi :
a. Kaji pernapasan, frekuensi,
kedalaman dan kualitasnya
R/ :
untuk mengetahui perubahan pernapasan, frekuensi, kedalaman dan kualitasnya
b. Catat perkembangan dada
R/ : pengembangan dada sama dengan ekspansi paru
c. Baringkan pasien dalam posisi duduk,
dengan bagian kepala tempat tidur ditinggikan 60-90o
R/ : meningkatkan inspirasi
maksmial, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang sakit
d. Berikan oksigen per nasal kauul dengan 2 sampai 6 ltr per menit
R/
: untuk membantu pernapasan
e. Bantu pasien untuk melatih batuk dalam
R/
: untuk mengeluarkan sekreat yang ada di saluran pernapasan
f. Pantau TD, N, dan S setiap 2-4 jam
R/
: untuk mengetahui perubahan TTV setiap 2 jam-4 jam
Dx : 2
Nyeri dada yang b/d faktor biologis
(trauma jaringan) dan faktor fisik (pemasangan selang dada). Kemudian penyebab
pleusitis (radang pleura)
Tujuan : dalam waktu 8-24 jam nyeri
dada berkurang
Kriteria hasil :
·
Klien
mengalami penurunan nyeri yang dibuktikan dengan :
-
Menyatakan
nyeri berkurang
-
Ekspresi
wajah dan posisi tubuh relaks
-
Perbaikan
pada pernapasan
-
Aktivitas
meningkat
-
Istirahat
tidur terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji pernyataan verbal dan non
verbal nyeri klien
R/
: ketidaksesuaian antara pekerjaan verbal dan non verbal dapat memberikan
petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/keefektifan intervensi.
b. Berikan tindakan nyaman. Contoh :
pijatan punggung, perubahan posisi
R/
: meningkatkan relaksasi dan membantu klien memfokuskan perhatian pada sesuatu
di samping dari sendiri/ketidaknyamanan
c. Jadwalkan aktivitas untuk
keseimbangan dengan periode istirahat tidur yang adekuat
R/
: mencegah kelelahan/terlalu lelah dan dapat meningkatkan koping terhadap
stress/ketidaknyamanan
d. Anjurkan penggunaan perilaku
manajemen stress, contoh : teknik relaksasi, bimbingan imajinasi
R/
: meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan
meningkatkan penyembuhan
e. Bantu aktivitas perawatan diri,
pernapasan / latihan tangan dan ambulasi
R/
: mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum
klien mampu atau cukup percaya untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri/takut
nyeri.
Dx : 3
Kurang pengetahuan yang berhubungan
dengan informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan diri,
kemungkinan penyebab stress dan gelisah
Tujuan : dalam waktu 5x24 jam pengetahuan
bertambah dan jelas
Kriteria hasil :
·
Klien
memperlihatkan peningkatan tingkat pengetahuan mengenai keperawatan diri yang
dibuktikan oleh pengungkapan tentang prinsip penatalaksanaan perawatan diri.
Intervensi :
a. Berikan informasi yang berpusat pada
penyebab/timbulnya proses penyakit klien
R/ :
empiema adalah komplikasi dari berbagai penyakit sehingga klien bingung dengan
terjadinya sistem pernapasan sehat sebelumnya
b. Anjurkan dalam tindakan pencegahan,
bila diperlukan. Diskusikan menghindar kerja berlebihan dan pentingnya
mempertahankan periode istirahat teratur
R/ : menghindari pemajanan pada faktor lingkungan
seperti asap/debu, reaksi alergis/infeksi diperlukan untuk menghindari
komplikasi lanjut
c. Kaji konseling nutrisi tentang
makanan, kebutuhan nutrisi makanan tinggi kalori
R/ : klien dengan masalah pernapasan berat
biasanya mengalami penurunan BB dan anoreksia sehingga memerlukan penurunan
nutrisi untuk penyembuhan
d. Tunjukkan teknik bernapas. Adaptif
dan cara menurunkan kebutuhan energi selama melakukan aktivitas sehari-hari
R/ :
kondisi lemah dapat membuat klien kesulitan oleh px menyelesaikan tindakan
sederhana pun
e. Diskusikan evaluasi perawatan. Untuk
kunjungan dokter, tes diagnostik fungsi paru dan gejala memerlukan
evaluasi/intervensi
R/ : pemahaman
alasan dan kebutuhan mengikuti evaluasi perawatan, juga kebutuhan untuk
perhatian medik meningkatkan partisipasi klien dan dapat meningkatkan kerja
sama dengan program pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Tucker, Susana Martin. 1993. Standar
Asuhan Perawatan Pasien Edisi II. Jakarta : EGC.
Amin, Muhammad. 1993. Ilmu Penyakit
Paru. Urigin.
Masjoer, Arif. 2001. Kapita Selecta
Kedokteran Edisi 3, Jilid I. Jakarta : Media Aesculapus.
Baughman, C. Drane and Joann C.
Hackley. 1996. Keperawatan Medikal Bedah buku saku dr. Brunner Suddarth.
Jakarta : EGC.
T. Laksaman, Hendra dr. 1953. Kamus
Kedokteran. FKUI.
Sjamsuhidajat. R dan Wimdejong.
1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. Jakarta. EGC.
www.goggle.com
www.wiki pedia.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar