ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK
KONSEP DASAR
I.
Definisi
Sindrom nefrotik ialah penyakit dengan gejala edema,
proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia (Ilmu Kesehatan Anak,
FKUI, hal 832).
Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada
anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urine berwarna gelap, atau urine
yang kental akibat proteinuria berat. Pada dewasa yang jelas terlihat adalah
edema pada kaki dan genetalia (Kapita Seleksta Kedokteran, Jilid I, hal. 525).
II.
Etiologi
Sebab yang pasti belum diketahui: akhir-akhir ini dianggap sebagai
suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Umumnya
para ahli membagi etiologinya menjadi:
1.
Sindrom Nefrotik Bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal, resisten terhadap semua pengobatan. Gejalanya adalah edema pada
masa neonatus.
2.
Sindrom Nefrotik Sekunder
Disebabkan oleh:
1)
Malaria kuartana atau parasit
lain
2)
Penyakit kolagen seperti lupus
eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid
3)
Glomerulonefritis akut atau
glomerulonefritis kronis, trombisis vena renalis
4)
Bahan kimia seperti
trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun oak, air
raksa
5)
Amiloidosis, penyakit sel
sakit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokonplementemik
3. Sindrom Nefrotik Idiopatik
(tidak diketahui sebabnya)
Dibagi dalam 4 golongan yaitu:
1)
Kelainan minimal
2)
Nefropati membranosa
3)
Glomerulonefritis prollferatif
4)
Glomerulosklerosis fokal
segmental
III.
Patofisiologi
Permeabilitas
Glomerulus Meningkat
IV.
Manifestasi Klinik
Gejala utama yang ditemukan adalah:
-
Sembab ringan: kelopak mata
bengkak
Sembab berat: anasarka, asites, pembengkakan
skrotum/labia, hidiotoraks, sembab paru
-
Kadang-kadang sesak karena
hidrotoraks atau diafragma letak tinggi (asites)
-
Kadang-kadang hipertensi
-
Proteinuria > 3,5 g/hr pada
dewasa atau 0,05 g/kgBB/hr pada anak-anak
-
Hipoalbuminemia < 30 g/l
-
Hiperlipidemia, umumnya
ditemukan hiperkolesterolemia
-
Hiperkoagulabilitas yang akan
meningkatkan resiko trombosis vena dan arteri
V.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan urin dan darah untuk memastikan proteinuria,
proteinemia, hipoalbuminemia, dan hiperlipedemia. Diperiksa fungsi ginjal dan
hematuria. Biasanya ditemukan penurunan kalsium plasma. Diagnosis pasti melalui
biopsi ginjal.
VI.
Penatalaksanaan
1.
Istirahat sampai edema tinggal
sedikit
2.
Makan yang mengandung protein
tinggi sebanyak 3-4 g/kgBB/hr, dengan garam minimal bila edema masih berat.
Bila edema berkurang dapat diberi garam sedikit.
3.
Mencegah infeksi. Harus
diperiksa kemungkinan anak juga menderita tuberkulosis
4.
Diuretikum
5.
Kertikosteroid
Internasional cooperative study of Kidney disease in Children
(ISKDC) mengajukan cara pengobatan sbb:
a.
Selama 28 hari prednison
diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hr luas permukaan badan (Lpb) dengan
maksimum 80 mg/hr.
b.
Kemudian dilanjutkan dengan
prednison per oral selama 28 hari dnegan dosis 40 mg/hr/Lpb, setiap 3 hari
dalam 1 minggu dengan dosis maximum 60 mg/hr.
Bila terdapat respons selama b. maka pengobatan ini dilanjutkan
secara inermitan selama 4 minggu.
6.
Antibiotika hanya diberikan
bila ada infeksi
7.
Lain-lain
Punya asites, fungsi hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.
Bila ada gagal jantung, diberikan digitalis.
VII.
Komplikasi
Gagal ginjal akut, trombosis, malnutrisi, infeksi
sekunder, terutama infeksi kulit yang disebabkan oleh streptococcus,
staphylococcus, bionkopnemonia dan tuberkulosis.
VIII.
Prognosis
Terapi antibakteri dapat mengurangi kematian akibat
infeksi, tetapi tidak berdaya terhadap kelainan ginjal sehingga akhirnya dapat
terjadi gagal ginjal.
Penyembuhan klinis kadang-kadang terdapat setelah
pengobatan bertahun-tahun dengan kortikosteroid.
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
I.
Biodata
II.
Keluhan Utama
-
Perubahan pola berkemih
-
Perubahan volume air kemih
-
Perubahan warna air kemih
-
Penampilan cairan pada daerah
tertentu
III.
Riwayat Kesehatan Dahulu
-
Problem ginjal : kandung kemih
-
Penyakit sistemik : DM
-
Infeksi streptokokus :
glomerulonefrilis
-
Kebiasaan minum obat-obatan
IV.
Riwayat Keluarga
-
Gangguan ginjal
-
Riwayat herediter (sistemik) :
DM
-
Hypertensi
V.
Riwayat Tumbuh Kembang Anak
VI.
Psikososial
-
Aktivitas
-
Persepsi tentang keadaannya
-
Kegemaran
-
Lingkup dan kegiatan sosial
VII.
Activity Daili Living
Diit:
·
Tinggi protein
·
Rendah garam (pada stadium
sembab dan selama diberi steroid)
·
Cairan terbatas (pada stadium
sembab dan hipernatermia)
·
Vitamin D
·
Kalsium
Aktivitas:
·
Tirah baring:
-
Pada stadium sembab
-
Bila ada hipertensi
-
Bila ada bahaya trombosit
-
Bila relaps
·
Lingkungan sosial harus normal,
hindarkan stress psikologis
·
Rawat inap untuk mengatasi
penyulit
·
Setelah pulang perlu kontrol
teratur
VIII.
Review Sistem
-
Integumen
-
Gastrointetinal
-
Cardiovaskuler,
respirasi, renal bersama-sama
-
Muskuluskeletal
-
Persarafan
IX.
Diagnosa Test
-
Rontgen foto
-
Laboratorium : Albumin,
protein, bilirubin, urobilin, sedimen
-
Biopsi ginjal
X.
Pengkajian Fisik
-
Mengkaji adanya retensi cairan
dan eksresinya
-
Mengkaji intake dan output
-
Mengkaji integritas kulit
-
Melakukan pengukuran lingkar
abdomen dan menimbang BB
-
Mengkaji adanya oedem
-
Memonitor TTV
XI.
Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan volume cairan : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan akumulasi cairan pada jaringan tubuh
Tujuan : Gejala
akumulasi cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : tidak ada
oedem
Intervensi :
1)
Mengkaji, mencatat intake dan
output
R/ : mengetahui kelebihan/kekurangan cairan
2)
Menimbang BB
R/ : untuk mengkaji adanya retensi
3)
Mengkaji perubahan pada oedem
* Mengukur lingkar abdomen
R/ : untuk mengkaji adanya asite
4)
Tes Bj urine dan albumin
R/ : hiperalbuminuria adalah kortikosteroid sesuai kebutuhan
5)
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid sesuai kebutuhan
R/ : untuk mengurangi ekresi dalam urine
6)
Kolaborasi pemberian diuretic
jika diindikasikan
R/ : untuk mengurangi oedem
7)
Membatasi cairan
R/ : tidak terjadi odem
2.Resiko tinggi defisit volume cairan (intravaskular) berhubungan
dengan kehilangan cairan, protein dan edema
Tujuan : akan menunjukkan tidak adanya kejadian
kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik
Kriteria hasil : tanda-tanda syok hipovolemik tidak ada
Intervensi :
1)
Monitor tanda-tanda vital
R/ : untuk mendeteksi tanda-tanda fisik dari penurunan cairan.
2)
Mengkaji frekuensi dan kualitas
nadi
R/ : untuk mengetahui tanda syok hipovolemik
3)
Mengukur tekanan darah
R/ : untuk mendeteksi syok hipovolemik
4)
Laporkan kejadian-kejadian yang
tidak normal
R/ : mempercepat tindakan perawatan
5)
Kolaborasi pemberian salt-poor
albumin
R/ : sebagai plasma exponder
3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang
menurun, cairan overload
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : -
Tanda-tanda infeksi tidak ada
-
Anak dan keluarga akan menggunakan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan
kesehatan
Intervensi :
1.
Lindungi anak dari orang yang
terkena infeksi
R/ : untuk meminimalkan masuknya organisme
2.
- Tempatkan anak-anak di ruang
non infeksi
-
Batasi kontak langsung dengan
orang yang menderita infeksi
-
Ajarkan pengunjung untuk
mencegah infeksi seperti: cuci tangan
R/ : mencegaj infeksi
3.
Gunakan teknik aseptik pada
setiap tindakan
R/ : mencegah infeksi nosokomial
4.
Pertahankan anak dalam keadaan
hangat dan kering
R/ : anak mudah terserang ISPA
5.
Monitor temperatur tuuh
R/ : peningkatan suhu tubuh merupakan tanda infeksi
Evaluasi
Keefektifan
ditentukan oleh pengkajian ulang yang terus menerus dan evaluasi dari perawatan
yang telah diadakan dan kriteria hasilnya:
-
Monitor tanda vital dan dan
kaji kulit dari infeksi
-
Mengukur intake dan
output dan memeriksa urine albumin
-
Mengkaji nafsu makan
-
Mengobservasi dan berdiskusi
dengan anak dan keluarga tentang pengertian mereka mengenai penyakitnya, terapi
dan tidndakan dan medis lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar