Rabu, 12 September 2012
makalah KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT manusia
KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT
A. Gangguan keseimbangan air
Gangguan keseimbangan air dapat berupa dehidrasi, hidrasi hipotonik atau intoksikasi air, dan edema. Dehidrasi, terjadi bila keluaran air melebihi masukan air. Hal ini dapat terjadi pada pendarahan, luka bakar luas, muntah dan diare berkepanjangan, berkeringat banyak, atau akibat diuretika berlebihan. Hidrasi hipotonik atau intoksikasi air, dapat terjadi pada insufisiensi ginjal atau minum air sangat banyak dengan cepat. Akibatnya terjadi hiponatremia, dengan gejala nausea, vomitus, kram otot, edema serebri. Bila tidak diatasi, timbul disorientasi, konvulsi, koma dan kematian. Edema, yaitu penimbunan cairan dalam celah interstisial. Yang dapat menimbulkan edema adalah hipoproteinemia (akibat malnutrisi, penyakit hati, atau glomerulonefritis).
B. Cairan tubuh
Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Kekurangan cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan akhirnya dehidrasi.
Pada seorang dewasa, jumlah air tubuhnya kira-kira setengah dari berat badannya. Kandungan air tubuh tergantung berat badan, umur dan kelamin, dan jumlah relatif lemak. Bayi terdiri atas 73% air; kandungan air ini makin menurun dengan meningkatnya umur, sehingga pada usia lanjut tinggal 45% atau kurang. Jadi seorang pria dewasa muda terdiri atas kira-kira 60% air, wanita dewasa muda 50% (karena lemak tubuhnya lebih banyak dan otot rangkanya lebih kecil).
Kompartemen cairan. Air terdapat dalam dua kompartemen cairan, yaitu kompartemen intrasel dan kompartemen ekstrasel. Kompartemen ekstrasel dapat dibagi lagi dalam 2 subkompartemen, yaitu:
plasma (bagian cair darah) dalam pembuluh darah, dan cairan interstisial dalam interstisium jaringan. Komposisi cairan tubuh. Air berfungsi sebagai solven universal.
Contoh non-elektrolit adalah glukosa, lipid, kreatinin dan urea. Elektrolit adalah senyawa kimia, yang dapat diuraikan menjadi ion dalam air. Karena ionadalah partikel bermuatan, maka disebut elektrolit. Perbandingan cairan ekstrasel dan intrasel. Kandungan elektrolit pada kedua kompartemen itu berbeda. Kandungan elektrolit cairan ekstrasel terutama adalah ion Na dan ion Cl dan dari cairan intrasel adalah terutamaion K dan ion HPO4-.
Contoh cairan tubuh adalah:darah dan plasma darah, sitosol, cairan serebrospinal, cairan limfa, cairan pleura, dan cairan amnion
Cairan tubuh dibagi dalam :
1. Cairan intraseluler, yaitu cairan yang terdapat dalam sel-sel seluruh tubuh. Sekitar 40% berat badan kita merupakan air yang terdapat di dalam sel.
Cairan yang berada di dalam sel di bawah suatu bentuk pengendalian karena membran sel bersifat permeabel dan cairan dalam sel harus mempunyai mekanisme tertentu untuk mencegah masuknya air yang tidak terkendali dan mengeluarkan cairan secara terkenndali.
2. Cairan ekstraseluler, yaitu cairan yang terdapat di luar sel tubuh, jumlahnya sekitar 30% berat badan, yang terbagi pula dalam :
a. Cairan intristisial :cairan antar sel, yang berada diantara sel-sel jaringan.
b. Cairan intra vaskuler (plasma) , yang berada dalam pembuluh darah, berupa air dalam plasma darah.
c. cairan limfe : cairan yang berada dalam pembuluh limfe yang menyangkut partikel protein ke dalam pembuluh darah.
d. Cairan transeluler, yang berada dalam rongga-rongga khusus, seperti cairan otak (likuor serebrospinal), bola mata, sendi, dll
Elektrolit utama
a.Dari CES : Natrium (N = 135 - 147 mEq/liter), Klorida (N = 100 - 106 mEq/liter)
b.Dari CIS : Kalium (N = 3,5 - 5,5 mEq/liter), Phospat (N = 3 - 4,5 mg/liter)
Komposisi Cairan Tubuh
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 70% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 60% dari total berat badan.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel.
Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Fungsi Cairan Tubuh
sistem cairan tubuh berperan sebagai media atau sarana untuk transportasi zat-zat makanan maupun sisa-sisa metabolisme tubuh. cairan tubuh membawa juga nutrien dari sejak absorbsi dan mendistribusikannya ke tingkat interseluler. Dalam tingkat interseluler,Demikian juga dengan hasil metabolisme yang juga akan didistribusikan oleh cairan tubuh menuju tempat yang memerlukan dan sisa-sisa proses metabolisme akan dibawa menuju organ-organ ekskresi untuk dikeluarkan dari tubuh.
Lain halnya dengan proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, cairan tubuh memiliki peran yang sangat vital. Hal ini disebabkan oleh sifat reaksi kimia yang memerlukan media agar bisa terjadi, dan medium yang bisa menjadi temat berlangsungnya jutaan reaksi kimia dalam tubuh.Sebab utama air merupakan media utama adalah kerja enzim, katalisator reaksi biokimia dalam tubuh kita, bisa bekerja bila medium yang ada adalah air.
Fungsi-fungsi nya sebagai berikut: 1. objek keseimbangan berbagai elektrolit tubuh seperti : Na, K, Ca, Cl
2. objek keseimbangan asam basa dibantu oleh cairan atau larutan buffer
3. objek agar suhu tubuh tetap konstan (produksi panas hepar & otot, diatur oleh hipotalamus)
Selain fungsi-fungsi yang ada diatas, fungsi khusus cairan tubuh dibagi menjadi dua macam:
a. cairan intrasel berfungsi sebagai medium/tempat terjadinya reaksi kimia dalam tubuh.
b. Cairan ekstraseluler berfungsi sebagai medium untuk transportasi substansi kimia antara sel satu dengan sel yang lain.
Perpindahan Substansi Antar Kompartmen
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif.
Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
Transpor membran
1. Transpor pasif
Transpor pasif adalah transpor yang memeruikan energi. Transpor ini berlangsung akibat adanya perbedaan konsentrasi antara zat atau larutan. Transpor pasif terdiri dari:
A. DIFUSI
Difusi adalah perpindahan zat dengan atau tanpa melewati membran, dari daera konsentrasinya tinggi ke konsentrasinya rendah sehingga konsentrasinya sama.
Misal pada hewan bersel satu O2 di ambil dari lingkungan hanya dengan cara di fusi . O2 dapat berdifusi ke dalam hewan unisel karena konsentrasi O2 di udara lebih tinggi.
B. OSMOSIS
Pada dasar nya osmosis termasuk peristiwa di fusi pada osmosis yang bergerak melalui membran semipermeable ialah air dari larutan hipotonis ( konsentrasi air tinggi, konsentrasi zat terlarut rendah ) ke hipertonis ( konsentrasi air rendah, konsentrasi zat terlarut tinggi )
Larutan, misalnya glukosa, memiliki tekanan osmotik. Tekanan osmotik dapat diukur dengan osmometer. Naiknya air pada pipa osmometer dapat dipakai untuk menentukan sebagai tekanan osmotik. Tekanan osmotik dapat dikatakan sebagai tekanan yang diperlukan untuk mencegah pelarut ( air ) bergerak melalui membran semipermeable.
Tekanan osmotik yang terkandung pada suatu larutan dinamakan potensial osmotik.
C. DIFUSI TERBANTU ( FACILITATED DIFUSSION )
Difusi terbantu adalah difusi yang memerlukan bantuan protein, misalnya enzim. Contohnya, bakteri, eschericia coli, jika dipindahkan ke medium yang mengandung laktosa, maka metabolismenya menurun. Salah satu sebabnya ialah membran selnya tidak dapat dilalui laktosa ( impermeabel ). Akan tetapi setelah beberapa menit, laktosa selain dapat masuk ke dalam sel karena terbentuknya enzim di dalam sel yang disebut permease. Permaese adalah suatu protein membran sel yang membuatkan jalan bagi laktosa agar dapat melintasi 2 lapis fosfolipid membran sel. Difusi yang tergantung pada suatu mekanisme transpor dari membran sel seperti permaese ini disebut difusi terbantu.
2. Transpor Aktif
Transpor aktif adalah transpor yang memerluka energi. Energi yang digunakan di dalam sel adalah ATP ( Adenosin Tri Phospat ) yaitu energi kimia tinggi yang berasal dari hasil respirasi sel. Transpor aktif bersifat melawan gradien konsentrasi. Pada transpor aktif terjadi peristiwa lewat membran yang melawan gradien konsentrasi. Gradien konsentrasi berfungsi memelihara keseimbangan didalam sel. Contohnya sitoplasma sel darah merah manusia mempunyai kadar ion kambium 30 kali lebih besar daripada cairan ekstra sel, yaitu plasma darah.
A. Endositosis
Endositosis adalah peristiwa pembentukan kantong membran sel saat larutan atau partikel ditransfer ke dalam sel. Endositosis antara lain :
1. Pinositosis
suatu gejala medium kultur masuk ke dalam sitoplasma dalam lekukan – lekukan membran sel. Kemudian, lekukan tadi memisahkan diri membentuk kantong atau gelembung kecil dalam sitoplasma. Proses tersebut tampak seolah – olah sel tersebut.
Gejala yang umum terjadi pada sel darah putih sel ginjal, epitelium usus, makrofag hati, dan akar tumbuhan.
2. Fagositosis
proses fagositosis. Proses fagositosis sama dengan pinositosis, tetapi terjadi pada benda padat yang berukuran lebih besar. Fagositosis misalnya terjadi saat rotivera, ciliata, atau organisme mikroskopis lain di telan oleh amoeba.Kemudian mengurungnya dalam vakuola. Selama fagositosis,Proses yang sama terjadi pada saat sel – sel darah putih memangsa bibit bakteri. Vakuola kemudian bergabung dengan lisosom primer dalam sel dan dicerna oleh enzim dari lisosom
3. Eksositosis
Eksositosis adalah kebalikan dari endositosis. Pada sel – sel yang mengeluarkan protein dalam jumlah besar, protein tersebut mula – mula berkumpul di dalam sebuah kantong yang di lapisi membran dalam kompleks golgi. Kantong kemudian bergerak ke permukaan sel dan mengosongkan isinya keluar.
C. Keseimbangan air
diperkirakan antara 2000-2500 ml per hari pada orang dewasa. Kebanyakan air memasuki tubuh melalui makanan dan minuman, masing-masing 30% dan 60%. Sekitar 10% berasal dari proses metabolisme.
Keluaran air terjadi melalui berbagai jalan. Sejumlah air menguap melalui paru bersama udara ekspirasi atau melalui kulit (28%); ini disebut insensible water loss; yang keluar berupa keringat 8% dan tinja 4%. Enam puluh persen dikeluarkan melalui urin. Kalau plasma kehilangan air, maka akan memicu dahaga dan penglepasan ADH.
D. Keseimbangan Elektrolit
Elektrolit meliputi garam, asam, dan basa. Garam (NaCl) memasuki tubuh bersama makanan dan minuman. Garam keluar dari tubuh melalui keringat, tinja, dan urine. Bila tubuh kurang NaCl, keringat pun jadi lebih tawar. Ginjal harus mengendalikan keseimbangan elektrolit darah. Dalam hal reabsorpsi Na, hormon aldosteron berperan penting. Bila konsentrasi aldosteron tinggi, hampir seluruh ion Na diabsorpsi kembali. Selain aldosteron, juga ADH mempengaruhi reabsorpsi air.
Bila konsentrasi ion Na darah turun, mis, akibat banyak minum BIR sehingga volume darah naik, maka pelepasan ADH terhambat,Karena air ikut tertahan maka banyak wanita “menahan air” saat kadar estrogen darahnya naik selama siklus menstruasi; juga edema pada wanita hamil. Pengaruh progesteron adalah kebalikannya.
Hipokalsemia dapat menimbulkan tetani otot; hiperkalsemia dapat menimbulkan aritmia jantung dan kematian.
Bila kadar ion Ca darah turun, hormon paratiroid disekresi, yang akan meningkatkan kadar Ca dengan mempengaruhi:
(1) Tulang,H. Paratiroid mengaktifkan osteoklas, yang merombak matriks tulang, dan membebaskan ion Ca dan PO4ke dalam darah.
(2) Usus halus ,H. Paratiroid meningkatkan penyerapan ion Ca dari usus secara tidak langsung dengan merangsang ginjal mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif (D3), yang penting untuk absorpsi Ca di usus halus.
(3) gin¬¬¬jal ,H. paratiroid meningkatkan reabsorpsi Ca oleh tubuli ginjal, dan menghambat reabsorpsi ion PO¬¬¬4¬. kalsitonin, dari kelenjar tiroid, dilepaskan sebagai responsterhadap naiknya kadar Ca darah. Garam Ca diendapkan pada tulang dan menghambat reabsorbsi tulang. Kalsiitonin adalah antagonis dari hormon paratiroid.
E. Pembagian Elektrolit
1. Cairan elektrolit
a. Kation
- Kalium (K+)
- Natrium (Na+)
- Kalsium (Ca+)
- Magnesium ( Mg+)
b. Anion
- Klorida (Cl-)
- Karbonat (HCO3-)
- Fosfat (PO4-)
- Sulfat (SO4-)
- Protein
- Asam organik
2. Cairan yang bukan elektrolit
a. Air (H2O)
b. Dekstrose
c. Ureum
d. Kreatinin
F. Keseimbangan asam basa
Keseimbangan Asam Basa
DEFINISI
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH:
pH 7,0 adalah netral
pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0).
Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit.
Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.
G. Pengukuran cairan tubuh
Untuk mengukur cairan tubuh total dipakai tritium radioaktif (H3) yang merupakan isotop yang tidak stabil dengan waktu paruh biologis 10 hari dan waktu paruh fisik 12 tahun. H3 akan berdifusi kedalam cairan tubuh total dalam beberapa jam sesudah disuntikan secara intravena, dan dengan prinsip dilusi, volume cairan total dapat dihitung. Deuterium (H2) yang merupakan isotop yang stabil juga dapat dipergunakan untuk mengukur cairan tubuh total.
H. Gangguan volume cairan
- Kelebihan volume cairan
Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
Batasan karakteristik :
- Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
- Asupan berlebihan dibanding output
- Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP
- Distensi vena jugularis
- Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), kongestikemacetan paru, pleural effusion
- Hb dan hematokrit menurun, perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat jenis
- Suara jantung SIII
- Reflek hepatojugular positif
- Oliguria, azotemia
- Perubahan position mental, kegelisahan, kecemasan
Faktor-faktor yang berhubungan :
- Mekanisme pengaturan melemah
- Asupan cairan berlebihan
- Asupan natrium berlebihan
- Kekurangan volume cairan
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium
Batasan Karakteristik :
- Kelemahan
- Haus
- Penurunan turgor kulit/lidah
- Membran mukosa/kulit kering
- Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi
- Pengisian vena menurun
- Perubahan position mental
- Konsentrasi urine meningkat
- Temperatur tubuh meningkat
- Hematokrit meninggi
- Kehilangan berat badan seketika
1.hipovolemia
Kehilangan air dan elektrolit dengan porsi yang sama, hal ini berbeda dengan dehidrasi (kehilangan air dengan peningkatan Na serum).
Contoh: diare , mual, faktor resiko DM INSIPIDUS.
2.hipervolemia
Na+ dan air tertahan dengan porsi yang kurang lebih sama dengan di dalam ces.penyebab gagal ginjal, gagal jantung, sorosis hepatis.
3.hiponatremia
Penyebab syndrome insufficiency ADH, hiperglikemi, masukan cairan secara perenteral yang menggunakan air ledeng untuk enema atau irigasi gester.
4. Hipernatremia
Kehilangan air pada pasien yang tidak sadar terhadap rangsangan haus, Na+ yang tidak proporsional
5. Hipokalemia
Biasanya menyebabkan alkolisis dan sebaliknya, setiap peningkatan pH O artinya peningkatan kalium serum 0.5. biasanya terjadi pada pasien diare, ileostomi baru, adenoma villous ( tumar pada saluran GI ) dan bisa pada pasien yang mendapat asupan karbohidrat parental. Hipoklalemia dapat menyebabkan henti jantung dan henti napas.
I. Pengaturan homeostasis
1. Pengaturan sistem pernafasan
Cairan dikeluarkan melalui paru dalam bentuk uap air.
2. Pengaturan sistem perkemihan
Ginjal secara selektif menahan elektrolit dan air untuk memelihara keseimbangan, dan mengeluarkan zat buangan dan zat yang berlebihan.
Bekerjasama dengan sistem endokrin, pada saat terjadi dehidrasi hipofise posterior mengeluarkan ADH (anti diuretik hormon). ADH ini mempengaruhi tubulus ginjal menjadi lebih permeabel sehingga resorbsi air bertambah. Akibatnya urine berkurang.
3. Pengaturan sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi sangat vital bagi pengangkutan cairan ke seluruh tubuh. Mekanisme tekanan osmotik dan tekanan hidrostatik sangat diperlukan dalam sistem ini. Ginjal dapat berfungsi dengan baik hanya jika mendapatkan sirkulasi yang baik. Gangguan pada sistem sirkulasi dapat menimbulkan gangguan keseimbangan cairan, contoh: edema paru, anuria akibat gagal ginjal, gangguan perfusi akibat syok dll.
4. Pengaturan sistem endokrin
Selain ADH, sistem endokrin mengatur homeostasis air dengan hormon aldosteron yang disekresi oleh korteks adrenal. Jika terjadi dehidrasi, terjadi peningkatan sekresi aldosteron, dengan efek terjadi peningkatan resorbsi ion natrium di tubulus ginjal, diikuti dengan resorbsi air.
5. Pengaturan sistem gastrointestinal
Air dan elektrolit diserap dalam saluran pencernaan, sehingga jumlah air dan elektrolit dapat dipertahankan. Sangat penting untuk menjaga efektifitas fungsi pencernaan untuk mencegah gangguan homeostasis cairan.
6. Pengaturan sistem saraf
Pada saat terjadi dehidrasi, terjadi rangsangan osmoreseptor di hipotalamus dengan efek terjadi rasa haus sehingga timbul keinginan untuk minum.
J. Gangguan keseimbangan air
Gangguan keseimbangan air dapat berupa dehidrasi, hidrasi hipotonik atau intoksikasi air, dan edema. Dehidrasi, terjadi bila keluaran air melebihi masukan air.
Hal ini dapat terjadi pada pendarahan, luka bakar luas, muntah dan diare berkepanjangan, berkeringat banyak, atau akibat diuretika berlebihan. Hidrasi hipotonik atau intoksikasi air, dapat terjadi pada insufisiensi ginjal atau minum air sangat banyak dengan cepat. Akibatnya terjadi hiponatremia, dengan gejala nausea, vomitus, kram otot, edema serebri. Bila tidak diatasi, timbul disorientasi, konvulsi, koma dan kematian. Edema, yaitu penimbunan cairan dalam celah interstisial. Yang dapat menimbulkan edema adalah hipoproteinemia (akibat malnutrisi, penyakit hati, atau glomerulonefritis).
K. Mekanisme terjadinya dehidrasi
Dehidrasi adalah dimana tubuh kita mulai kekurangan cairan karena kurangnya asupan air ke dalam tubuh total, berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak dari air (dehidrasi hipetonik). Dehidrasi isotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi hipetonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter).
sering kali kita tidak menyadari bahwa kita telah mengalami dehidrasi. banyak fungsi tubuh yang meliputi sel, jaringan, dan organ yang sudah banyak terganggu. Pusing, sulit konsentrasi, lelah dan gelisah tanpa sebab, pegelinu, juga nyeri. Ketika kita kurang minum, otak akan kekurangan oksigen sehingga sulit untuk konsentrasi dan cenderung mudah emosi.
Kekurangan cairan dalam tubuh bukan hanya dikarenakan kurang minum, bisa juga disebabkan karena diare dan juga muntaber.Karena bila seseorang terkena penyakit diare atau muntaber, dia akan banyak mengeluarkan cairan dan bisa menyebabkan dehidrasi serta kematian. Kedua penyakit tersebut termasuk penyebab kematian tertinggi di Indonesia, terutama pada anak-anak dan balita.
Perlu kita ketahui, bahwa 75 persen dari tubuh kita (orang dewasa) terdiri dari air. Tubuh kita terdiri dari triliunan sel yang berbahan dasar air. Di dalam sel, air menempati porsi dua per tiga dari jumlah yang ada. Sementara sisanya berada di luar sel,diantaranya berupa cairan otak, cairan mata, cairan hidung, dan cairan pada saluran pencernaan. kandungan cairan dalam otak mencapai 80 persen, ginjal 82 persen, jantung 79 persen, paru-paru 80 persen, tulang 22 persen, dan darah lebih dari 90 persen.air bukanlah partikel yang berdiri sendiri sebagai motor fungsional dalam tubuh manusia. kebutuhan air dalam tubuh untuk orang dewasa adalah dua liter per hari atau setara dengan delapan gelas.
DIAGNOSIS DEHIDRASI
Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgor, dan mata cekung sering tidak jelas. Gejala klinis yang paling spesifik dapat dievaluasi adalah penurunan berat badan akut lebih dari 3%. Gejala klinis lainnya yang dapat membantu identifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik.
Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, bila ditemukan askila lembab, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, diuresis berkurang, berat jenis (BJ) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya glukosolia dan proteinuria), serta rasio blood urea nitrogen/kreatinin lebih dari atau sama dengan 16,9 (tanpa adanya perdarahan aktif saluran cerna) maka kemungkinan terdapat dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%.Dalam dunia kedokteran, pemeriksan penunjang untuk dehidrasi adalah :
1. Kadar natrium plasma darah 2. Osmolaritas serum 3. Ureum dan kreatinin darah 4. BJ urin 5. Tekanan vena sentral (sentral venous pressure)
TERAPI PENGOBATAN/PENANGANAN DEHIDRASI
Terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi seseorang yang terkena dehidrasi adalah :
Lakukan pengukuran keseimbangan (balans) cairan yang masuk dan keluar secara berkala sesuai kebutuhan. Pada dehidrasi ringan, terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-2500 ml/24jam (30 ml/kg berat badan/24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah dengan penggantian defisit cairan kehilangan cairan yang masih berlangsung. Menghitung kebutuhan cairan sendiri, termasuk jumlah insensible water loss sangat perludilakukan setiap hari. Perhatian tanda-tanda kelebihan cairan seprti ortopnea, sesak nafas, perubahan pola tidur, atau kofusion. Cairan yang diberikan secara oral tergantung jenis dehidrasi.
Dehidrasi hippertonik : cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman dengan kandungan sodium rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur.
Dehidrasi isotonik : cairan yang dianjurkan selain air dan suplemen yang mengandung sodium seperti jus tomat juga dapat diberikan isotonik
Daehidrasi hipotonik :dibutuhkan kadar sodium yang lebih tinggi.
Pada dehidrasi sedang sampai berat dan pasien tidak dapat minum per oral, selain pemberian cairan enteral, dapat diberikan rehidrasi parenteral. Jika cairan tubuh yang hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :
• { xtypo_info } Definisi cairan ( liter = Cairan Badan Total [CBT] yang diinginkan – CBT saat ini
CBT yang diinginkan = kadar Na serum x CBT saat ini/140
CBT saat ini (pria) = 50% x berat badan (kg)
CBT saat ini (perempuan) = 45% x berat badan (kg) {xtypo_ info}
Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total perhari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl, 45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksanakan dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.
Ramuan herbal yang bisa digunakan adalah :
Ramuan air kelapa, bahan-bahan yang diperlukan yaitu ;
- 400 ml air kelapa muda (lebih bagus kelapa ijo (hijau))
- 400 ml air matang
- 1 sdm gula batu
- seperempat sendokteh garam
Cara membuatnya yaitu dengan mencampurkan seluruh bahan-bahan tersebut diatas.
Dosis : minum sebanyak mungkin (baik untuk orang dewasa ataupun anak-anak)
MENGENALI GEJALA DEHIDRASI SESUAI DENGAN TINGKATANNYA :
1. Dehidrasi Ringan
dicirikan dengan tanda muka memerah, rasa yang sangat haus, kulit kering dan pecah-pecah, volume urin berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya, pusing dan lemah, kram otot terutama pada kaki dan tangan, kelenjar air mata berkurang kelembabannya, sering mengantuk, mulut dan lidah kering dan air liur berkurang.
2. Dehidrasi Sedang di tandai dengan penurunan tekanan darah, dalam kondisi tertentu gampang sekali pingsan, kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung, kejang, perut kembung, gagal jantung, ubun-ubun cekung, denyut nadi cepat dan lemah.
3. Dehidrasi Berat Dehidrasi ini sangatlah berbahaya jika tidak segera dilakukan pertolongan dan penanganan,karna bisa mengakibatkan kematian. Tanda-tandanya adalah : kesadaran berkurang, tidak buang air kecil, tangan dan kaki dingin serta lembab, denyut nadi semakin cepat dan lemah sehingga tidak teraba, tekanan darah turun drastis sehingga tidak dapat diukur, ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.
Mengenali tanda-tanda awal haus (dehidrasi) :
• Merasa lelah tanpa alasan
• Merasa mudah tersinggung dan marah tanpa alasan
• Merasa gelisah
• Merasa depresi
• Merasa kepala berat/sempoyongan
• Rentang perhatian (fokus) yang amat sempit
• Pendek nafas pada orang sehat tanpa penyakit paru atau infeksi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar