Kamis, 06 Desember 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN EMPIEMA


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN EMPIEMA

A.    Konsep Dasar

I.             Pengertian
·         Empiema
1.      Terkumpulnya pus di rongga tubuh
2.      Penumpukan cairan terinfeksi/pus pada kavita pleura, pada awalnya cairan pleura sedikit mengalami kemajuan pada fibropurulen, kemudian ke tahap di mana paru dengan membran eksudat yang tebal
·         Empiema Toraks
1.      Pengumpulan pus di rongga toraks
2.      Pus dalam rongga pleura yang disebabkan oleh infeksinya tersembunyi paru seperti pneumonia/abses paru, terjadi setelah operasi torakal/akibat luka tusuk dada
3.      Adanya eksudat purulent dalam cairan pleura

II.          Etiologi

Disebabkan oleh kuman :
a.       Staphilococcus – tersering
Empiema timbul pada waktu masih akut.
b.      Pneumocuccus – kadang-kadang
Timbulnya cairan setelah pneumonia membaik








III.       Patofisiologi
Invasi hasil piogenik


 
Pleura

Keradangan akut yang diikuti
Dengan pembentukan eksudat serosa

Sel hidup                                 sel mati

 

Kadar protein

Cairan keruh dan kental

Fibrin


 
Katung-kantung yang melokalisasi nanah

Bronkus                                   dinding toraks






 
Fistel bronko – pleural – kulit

Empiema

IV.       Manifestasi Klinik
Dibagi 2 stadia : akut dan kronik
Empiema akut :
Terjadinya sekunder infeksi di tempat lain, bukan primer di pleura. Pada permulaan gejala-gejalanya mirip dengan pneumonia, panas tinggi, nyeri pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatnya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
Bila pada stadium ini dibiarkan beberapa minggu, akan timbul foksemia, anemia, clubbing fingers. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronko pleural/empiema nesessitatis.
Empiema Kronis :
Batas yang tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan disebut kronis bila empiema berlangsung selama lebih dari 3 bulan penderita mengeluh badannya lemah, kesehatannya makin mundur pucat clubbing fingers, dada datar, adanya tanda-tanda cairan pleura, bila terjadi fibrotoraks trakea dan jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.

V.          Penanggulangan
         Karena empiema sering didasari oleh penyakit kronis, penyebabnya ini harus dicari dan diobati dengan tuntas. Termasuk di dalamnya sputum dan cairan empiema. Pemeriksaan etiologi cairan empiema, dan bronkospi untuk melihat infeksi kronik bronkos, bonkulosis, tumor paru, atau sumbatan.
         Sebelumnya pembedahan diberikan antibiotik dan pengaliran tertutup yang biasanya disertai bilasan secara berkala. Namun harus diingat kemungkinan timbulnya resistesi pada pemakaian antibiotik.

VI.       Pengolahan Bedah
         Bila pengaliran tertutup dan pembilasan berkala tidak memuaskan, dapat dilakukan reseksi iga untuk melakukan pengaliran dan pembilasan terbuka. Bila infeksi dapat dilakukan tindak bedah berupa dekartikasi (mengangkat lapisan atau sesuatu alat paru). Tindakan ini terdiri dari mengangkat/membuang kantong empiema, mungkin juga ditambah dengan reseksi paru apabila ada bagian paru yang tidak berfungsi lagi.

VII.    Diagnostik Test
-          Pemeriksaan sinar X dada
 Efusi pleura umlateral dan bilateral

-          Torasintesis
-          Pemeriksaan cairan pleura
Jumlah sel cair
Berat jenis
PH < 7,2 mmHg
Pemeriksaan sitologi
-          GDA : PaO2 < 70 mmHg, PaCO2 dan PH dalam batas normal

VIII. Potensial Komplikasi
-    Pneumonia toraks
-    Pneumonia
-    Fisula Bronkopleural

IX.       Penatalaksanaan Medis
-    Pemasangan selang dada
Irigasi rongga pleura
-    Drainase terbuka (open drainase)
Karena menggunakan kateter karet yang besar, maka disertai juga pemotongan (reseksi) tulang iga.
Open draineg ini dikerjakan pada empiema kronik ini bisa berakibat : pengobatan yang terlambat, aspirasi kurang adekuat, drainase tidak adekuat, atau sering mengganti.membersihkan drain.
-    Aspirasi intrapleural dan instilasi obat
-    Toraktoum bila perlu
-    Diet tinggi kalori dan protein
-    Terapi O2 bila perlu
-    Obat-obatan
Ø  Antibiotik
Ø  Antipuretik
Ø  Analgesik
      Menggugat kematian utama karena sepsi, maka antibiotik memegang peranan penting. Antibiotik harus segara diberikan begitu diagnosa ditegakkan dan dosisnya harus adekuat. Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecetan gram dari hasil pusau nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur konsensivitasnya.

Penatalaksanaan Cairan

         Sasaran penatalaksanaan adalah untuk mengalirkan kavitas pleural dan mencapai ekspansi paru yang optimal, dicapai dengan drainase yang adekuat,  antibiotik (dosis besar) dan streptokinase. Drainase cairan pleural/pus tergantung pada tahapan penyakit dan dicapai dengan :
a.       Aspirasi jarum (torasentesis) jika cairan tidak terlalu kental
b.      Drainase dada tertutup
c.       Drainase dada terbuka untuk mengeluarkan pus pleural yang mengental dan debris serta mereseksi jaringan pulmonal  yang mendasari penyakit
d.      Dekortikasi, jika inflamasi telah bertahan lama

X.          Prognosis
         Prognosa terpengaruhi oleh umur, penyakit dasarnya dari pengobatan permulaan yang adekuat. Angka kematian meningkat pada umur tua, penyakit dasar yang berat dan pengobatan yang terlambat

Preventif

         Pengobatan yang adekuat penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan empiema.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN EMPIEMA

I.       Pengkajian

            Identitas
Meliputi :
Identitas          :
Nama               :
Umur               :
Jenis kelamin   :
            Keluhan Utama
Kesulitan bernafas, batuk produktif, nyeri dada terlokalisasi pada klien.
            Riwayat Penyakit Sekarang
Kapan mulai terjadinya kelainan, separah apa penyakit yang pernah dirasakan. Faktor yang memberatkan penyakitnya.
            Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien dulu pernah menderita pneumonia, TB paru, bronkluektase, dll.
            Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga px menderita penyakit yang sama dengan kx / penyakit berat lainnya.
            Kebutuhan Sehari-hari
-    Makan / kebutuhan nutrisi dan cairan
Kaji pola makan, jenis makanan dan minuman serta pantangan/alergi beserta jumlahnya dengan kelainan yang didapat.
-    Eliminasi BAB dan BAK
Kaji adakah kelainan polanya, frekuensi, warna, konsistensi dan bau
-    Kebutuhan istirahat tidur
Kaji pola tidur serta kebutuhan istirahat tidur, jika terganggu cari tahu penyebabnya.


-    Aktifitas
Kaji apakah dengan penyakitnya tersebut aktifitas kx terganggu atau tidak.
            Pemeriksaan Fisik
1.      Kaji keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, nadi, respirasi, rate dan suhu
2.      Pengkajian persistem
Pernapasan
-    Inspeksi     : terdapat pernapasan cuping hidung          
-    Palpasi       : femitus fakal melemah
-    Perkusi      : pekak yang memberikan gambara garis melengkung
-    Aukultasi   : krepitasi, bising nafas yang hilang

II.    Diagnosa keperawatan

            Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru sekunder terdapat dorongan dalam rongga pleura
            Nyeri dada yang berhubungan dengan faktor biologis (trauma jaringan) dan faktor fisik (pemasangan selang dada)
            Kurang pengetahuan yang b/d informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan diri

III. Intervensi
Dx 1 :
Ketidakefektifan pola pernapasan yang b/d penurunan ekspansi paru sekunder, terdapat dorongan dalam rongga pleura
Tujuan : dalam waktu 8 x 24 jam pola pernapasan kembali normal
Kriteria hasil :
·         Mempertahankan pola pernapasan yang efektif yang dibuktikan dengan :
-                                                                Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan normal
-                                                                Dispnea berkurang
-                                                                Tidak menggunakan pernapasan cuping hidung

Intervensi :
a.       Kaji pernapasan, frekuensi, kedalaman dan kualitasnya
R/  : untuk mengetahui perubahan pernapasan, frekuensi, kedalaman dan kualitasnya
b.      Catat perkembangan dada
R/  : pengembangan dada sama dengan ekspansi paru
c.       Baringkan pasien dalam posisi duduk, dengan bagian kepala tempat tidur ditinggikan 60-90o
R/  : meningkatkan inspirasi maksmial, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang sakit
d.      Berikan oksigen per nasal kauul dengan 2 sampai 6 ltr per menit
R/ : untuk membantu pernapasan
e.       Bantu pasien untuk melatih batuk dalam
R/ : untuk mengeluarkan sekreat yang ada di saluran pernapasan
f.       Pantau TD, N, dan S setiap 2-4 jam
R/ : untuk mengetahui perubahan TTV setiap 2 jam-4 jam

Dx : 2
Nyeri dada yang b/d faktor biologis (trauma jaringan) dan faktor fisik (pemasangan selang dada). Kemudian penyebab pleusitis (radang pleura)
Tujuan : dalam waktu 8-24 jam nyeri dada berkurang
Kriteria hasil :
·         Klien mengalami penurunan nyeri yang dibuktikan dengan :
-          Menyatakan nyeri berkurang
-          Ekspresi wajah dan posisi tubuh relaks
-          Perbaikan pada pernapasan
-          Aktivitas meningkat
-          Istirahat tidur terpenuhi
Intervensi :
a.       Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri klien
R/ : ketidaksesuaian antara pekerjaan verbal dan non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/keefektifan intervensi.
b.      Berikan tindakan nyaman. Contoh : pijatan punggung, perubahan posisi
R/ : meningkatkan relaksasi dan membantu klien memfokuskan perhatian pada sesuatu di samping dari sendiri/ketidaknyamanan
c.       Jadwalkan aktivitas untuk keseimbangan dengan periode istirahat tidur yang adekuat
R/ : mencegah kelelahan/terlalu lelah dan dapat meningkatkan koping terhadap stress/ketidaknyamanan
d.      Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stress, contoh : teknik relaksasi, bimbingan imajinasi
R/ : meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan
e.       Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan / latihan tangan dan ambulasi
R/ : mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum klien mampu atau cukup percaya untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri/takut nyeri.

Dx : 3
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan diri, kemungkinan penyebab stress dan gelisah
Tujuan : dalam waktu 5x24 jam pengetahuan bertambah dan jelas
Kriteria hasil :
·         Klien memperlihatkan peningkatan tingkat pengetahuan mengenai keperawatan diri yang dibuktikan oleh pengungkapan tentang prinsip penatalaksanaan perawatan diri.
Intervensi :
a.       Berikan informasi yang berpusat pada penyebab/timbulnya proses penyakit klien
R/  : empiema adalah komplikasi dari berbagai penyakit sehingga klien bingung dengan terjadinya sistem pernapasan sehat sebelumnya
b.      Anjurkan dalam tindakan pencegahan, bila diperlukan. Diskusikan menghindar kerja berlebihan dan pentingnya mempertahankan periode istirahat teratur
R/  :  menghindari pemajanan pada faktor lingkungan seperti asap/debu, reaksi alergis/infeksi diperlukan untuk menghindari komplikasi lanjut
c.       Kaji konseling nutrisi tentang makanan, kebutuhan nutrisi makanan tinggi kalori
R/  :  klien dengan masalah pernapasan berat biasanya mengalami penurunan BB dan anoreksia sehingga memerlukan penurunan nutrisi untuk penyembuhan
d.      Tunjukkan teknik bernapas. Adaptif dan cara menurunkan kebutuhan energi selama melakukan aktivitas sehari-hari
R/  : kondisi lemah dapat membuat klien kesulitan oleh px menyelesaikan tindakan sederhana pun
e.       Diskusikan evaluasi perawatan. Untuk kunjungan dokter, tes diagnostik fungsi paru dan gejala memerlukan evaluasi/intervensi
R/  : pemahaman alasan dan kebutuhan mengikuti evaluasi perawatan, juga kebutuhan untuk perhatian medik meningkatkan partisipasi klien dan dapat meningkatkan kerja sama dengan program pengobatan


DAFTAR PUSTAKA

Tucker, Susana Martin. 1993. Standar Asuhan Perawatan Pasien Edisi II. Jakarta : EGC.
Amin, Muhammad. 1993. Ilmu Penyakit Paru. Urigin.
Masjoer, Arif. 2001. Kapita Selecta Kedokteran Edisi 3, Jilid I. Jakarta : Media Aesculapus.
Baughman, C. Drane and Joann C. Hackley. 1996. Keperawatan Medikal Bedah buku saku dr. Brunner Suddarth. Jakarta : EGC.
T. Laksaman, Hendra dr. 1953. Kamus Kedokteran. FKUI.
Sjamsuhidajat. R dan Wimdejong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. Jakarta. EGC.
www.goggle.com
www.wiki pedia.com.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar