A.
Pengertian
Glaucoma
adalah suatu penyakit dari saraf utama penglihatan, disebut saraf optik (optic
nerve). Saraf optik menerima cahaya dari retina dan memancarkan implus-implus
ke otak yang kita merasa sebagai penglihatan. Glaucoma digolongkan oleh suatu
pola tertentu dari kerusakan progresif pada saraf optik yang umumnya dimulai
dengan kehilangan penglihatan samping (peripheral vision) yang hampir tidak kentara.
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap
menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang
keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan
bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang
akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan
mati.
B.
Klasifikasi
Glaucoma
diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1.
Primary
Open-Angle Glaucoma
(GLAUKOMA Sudut-Terbuka Primer)
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah
tipe yang yang paling umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan,
sehingga risiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada
usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari
syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. Pemeriksaan mata
teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini.
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer
biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam
mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
2.
Acute
Angle-Closure Glaucoma
(GLAUKOMA Sudut-Tertutup Akut)
Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih
sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata
hebat, pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya. Beberapa
pasien bahkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk
yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat.
Bila Anda merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis mata
Anda.
3. Secondary GLAUCOMA (GLAUKOMA Sekunder)
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh
kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata
sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat
meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur
teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut
4. Congenital GLAUCOMA (GLAUKOMA Kongenital)
Glaukoma Kongenital ditemukan pada
saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem
saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya
tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian
depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.
C.
Etiologi
Peningkatan
tekanan didalam mata adalah faktor utama yang menjurus ke kerusakan glaucoma
pada saraf optik. Saraf optik yang berlokasi dibelakang mata adalah saraf
penglihatan utama untuk mata. Saraf ini memancarkan balik gambar-gambar yang
kita lihat ke otak unruk di interprestasi. Mata adalah kokoh dan bulat seperti
bola basket. Ketika tekanan terlalu rendah, mata menjadi lunak, dimana suatu
tekanan terlalu tinggi menyebabkan mata menjadi lebih keras.
Beberapa
etiologi berdasarkan klasifikasinya, yaitu:
1.
Primer, Terdiri dari :
a. Akut
a. Akut
Dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti :
b. Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti :
1)
Diabetes mellitus
2)
Arterisklerosis
3)
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
4)
Miopia tinggi dan progresif
Dari etiologi diatas dapat menyebabkan sudut bilik mata yang sempit.
Dari etiologi diatas dapat menyebabkan sudut bilik mata yang sempit.
2.
Sekunder, Disebabkan penyakit mata lain seperti :
a.
Katarak
b.
Perubahan lensa
c.
Kelainan uvea
d. Pembedahan
Faktor-faktor
risiko utama Glaucoma, yaitu:
1.
Umur diatas 45 tahun,
2.
Sejarah glaukoma keluarga,
3.
Keturunan ras hitam
4.
Diabetes
5.
trauma
pada
lapang pandang.
D.
Manifestasi klinis
1.
Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
a. Glaukoma sudut terbuka
1)
Kerusakan visus yang serius
2)
Lapang pandang mengecil dengan
macam-macam skotoma yang khas
3)
Perjalanan penyakit progresif lambat.
b.
Glaukoma sudut tertutup
1) Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
2) Timbulnya halo disekitar cahaya
3) Pandangan kabur
4) Sakit kepala
5) Mual, muntah
6) Kedinginan
1) Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
2) Timbulnya halo disekitar cahaya
3) Pandangan kabur
4) Sakit kepala
5) Mual, muntah
6) Kedinginan
7) Demam bahkan perasaan takut mati mirip
serangan angina, yang dapat sedemikian kuatnya
sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak
begitu dirasakan oleh klien.
2. Glaukoma sekunder
a. Pembesaran bola mata
b. Gangguan lapang pandang
c. Nyeri didalam mata
a. Pembesaran bola mata
b. Gangguan lapang pandang
c. Nyeri didalam mata
3. Glaukoma kongenital
Gangguan penglihatan
E.
Patofisiologi
Tekanan
Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran keluar
akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama
terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor di
produksi didalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke
dalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih
badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar
akueos melalui camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler
> 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini
kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari
perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf
optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa
penangan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai
dengan adanya titik buta lapang pandang.
F.
Pemeriksaan diagnostik
1. Tonometri
2. Pemeriksaan
okular
3. Ganioskopi
(BMD)
4. Uji
profokasi:
a) Uji
kamar gelap
Klien duduk 1jam, tidak tidur jika TIO
meningkatkan 8mmHg : hambatan aliran jika pupil dilatasi.
b) Uji
posisi tengkurap
Jika TIO meningkat 8-10 mmHg GS
tertutup, pastikan dengan ganioskopi.
G.
Penatalaksanaan
1. Glaukoma
sudut terbuka/ simplek
a. Obat-obat
miotik
Golongan kolinergik (pilokarpin 1-4% 5
kali sehari) karbakol 0,75-3%
Golongan antikolineoterase (demekarium
bromid, humorsal 0,25%) pilokarpin 0,25.
b. Obat-obatan
penghambat sekresi aqhioshumor (adrenergik)
Timolol (tetes 0,25% dan 0,5% 2x sehari)
Epinerpin 0,5-2% 1-2x sehari
c. Carbomican
hidrase inhibitor
Asetazolamid (diamok 125-250 mg 4x
sehari)
Diklorfenamid (metazolamid).
d. Trabekuloplatilaser
dan iridektomi
e. Tindakan
bedah trabekulektomi
2. Glaukoma
sudut tertutup/ akut
a. Bahan
hiperosmotik
Gliserin (gliserol) pemakaian obat
1cc/kg BB. Dalam larutan 50% air jeruk.
Maniton 20% IV, 1-2 gram/Kg BB diberikan
60 tetes per menit.
b. Miotikum
pilokarpin 2-4% 1 tetes 3x5 menit kemudian 1 tetes, 30 menit/2jam. Selanjutnya
1 tetes per jam sampai operasi.
c. Karbonikan
hidrase inhibitor
Asetasolamit langsung 500mg / oral (2
tablet) lalu tiap 4 jam 250mg.
d. Operasi
filtrasi
Woc
Trauma , katarak ,
miopi tinggi ( rabun jauh parah ) DM
Infeksi ruang mata
anterior dan posterior
Humor aques dihasilkan
dalam posterior
masuk
Anterior ( melalui
saluran schlemm)
Bila
Terjadi sumbatan pada
saluran schlemm
Tekanan intraokuler
Neurosensoris terdorongnya saraf optik
dan retina lapang
pandang
Penekanan pd saraf
mata aliran implus saraf
menurun MK: Resiko
cidera
MK: Nyeri sel – sel saraf mati
Terjadi
Bintik buta pada lapang pandang mata
Kebutaan
MK : perubahan persepsi
sensori ganguan citra diri MK : intoleransi aktifitas
MK
: harga diri rendah ( HDR )
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Seorang ibu usia 40 th dating ke poli penyakit dengan
keluhan nyeri mata,mata berkunang-kunang pada saat nonton televise terlalu lama
,menurut tuan K nyeri yang di rasakan sering kali pada daerah mata.riwayat
penyakit dahulu pasien mengalami trauma mata , miopi, tinggi, DM, katarak dan
arteroklorosis sebelumnya pasien menggunakan anti histamine.dari pemeriksaan
fisik pasien mengalami penglihatan kabur.
A. Penkajian
1.
Anamnesa
Indetitas
pasien :
Nama : Ny. K
Umur : 40 tahun
Jenis : perempuan
Agama
alamat : islam
No .RM :jl. Ayani no.02 nganjuk
1.
Keluhan
utama
Pasien mengeluh nyeri mata dan mata berkunag – kunang .
2.
Riwayat
penyakit sekarang
Terdapat
nyeri pada mata dan mata berkunag – kunang , pada saat terlalu lama nonton
televisi.
3.
Riwayat
penyakit dahulu
Pasie
pernah terkena trauma mata, miopi, tinggi, DM, katarak dan arteroklorosis
4.
Riwayat
keluarga
Apakah ada
dari riwayat keluarga menderita penyakit lain seperti : katarak , miopi tinggin
dll
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Neurosensori
1)
Gangguan penglihatan (kabur/ tidak
jelas), sinar terang dapat menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang
gelap (katarak), tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotfobia (galukoma akut) bahan kaca mata/ pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.
2)
Tanda : pupil menyempit dan merah/mata
keras dengan kornea berwarna, peningkatan air mata.
3)
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan
oftalmaskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus
optikus menjadi lebih luas dan dalampada glaukoma akut primer, karena anterior
dangkal, Aqueus humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
4)
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada
keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.
5)
Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk
mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi
pupil, sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya (Indriana N. Istiqomah,2004)
b.
Nyeri/ kenyamanan
1)
Ketidaknyamanan ringan/ mata berair
(glaukoma kronis)
2)
Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau
tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut)
3.
Pemeriksaan diagnostik
a.
Kartu snellen / mesin telebinoklear
Digunakan untuk mengetahui ketajaman
mata dan sentral penglihatan
b.
Lapang penglihatan
Terjadi penurunan disebabkan oleh CSV,
masa tumor pada hipofisis / otak, karotis / patofisiologis, arteri serebral
atau glaukoma.
c.
Pengukuran tonografi
Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12 –
25 mmHg)
d.
Pengukuran gonoskopi
Membantu membedakan sudut terbuka dan
sudut tertutup
e.
Tes provokatif
Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma
jika TIO normal / hanya meningkat ringan.
f.
Pemeriksaan aftalmoskop
Menguji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina dan
mikroaneurisma.
g.
Darah lengkap, LED
Menunjukkan anemia sistemik / infeksi
h.
EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan
lipid
Memastikan arterosklerosis, PAK
i.
Tes toleransi glukosa
Menentukan adanya DM
Menentukan adanya DM
Analisa data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
Ds : pasien mengeluh nyeri pada mata
Do :
1.
Skala nyeri 6
2.
Mata berair
3.
Tekana intra okuler meningkat
4.
Kelelahan mata
Ds :pasien mengeluh mata berkunang – kunang
Do :
1.
Mata merah
2.
Pupil menyempit
3.
Peningkatan air mata
4.
Visus mata berkurang
|
1.
Adanya kotoran pada mata
2.
Benturan pada organ mata
1.
Akibat benturan atau trauma mata
2.
Mata nyeri
|
1.
Nyeri
2.
Nyeri terasa di tusuk – tusuk
3.
Gangguan rasa nyaman
1.
Penglihatan berkurang
2.
Gangguan citra diri
|
B.
Diagnose
keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraokuler
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan kebutaan
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan kebutaan
C. Intervensi keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraokuler
Tujuan : nyeri terkontrol / tulang
Kriteria hasil :
a.
Pasien mengatakan nyeri berkurang /
hilang.
b.
Ekspresi wajah rileks.
c.
Pasien mendemonstrasikan pengetahuan
akan penilaian pengontrolan nyeri.
Intervensi
|
Rasional
|
1) Observasi
derajat nyeri mata
2) Anjurkan
istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang.
3) Ajarkan
pasien teknik distraksi.
4) Kolaborasi
pemberian analgetik sesuai program.
|
1) mengidentifikasi
kemajuan / penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2) stress
mental / emosi menyebabkan peningkatan TIO.
3) membantu
dalam penurunan persepsi / respon nyeri.
4) untuk
mengurangi nyeri
|
2.
Perubahan persepsi sensori berhubungan
dengan hilangnya pandangan perifer
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang
optimal
Kriteria hasil :
a.
Pasien berpartisipasi dalam program
pengobatan
b.
Pasien akan mempertahankan lapang
ketajaman penglihatan lebih lanjut.
Intervensi
|
Rasional
|
1)
Kaji derajat / tipe kehilangan
penglihatan.
2)
Dorong klien untuk
mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan
penglihatan.
3)
Tunjukkan pemberian tetes mata,
contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis.
4)
Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi, misalnya agen osmotik sistemik.
|
1) mengetahui
harapan masa depan klien dan pilihan intervensi.
2) intervensi
dini untuk mencegah kebutaan, klien menghadapi kemungkinan / mengalami
kehilangan penglihatan sebagian atau total.
3) Mengontrol
TIO, mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut.
4) untuk
mengurangi TIO
|
3.
Resiko cedera berhubungan dengan
kebutaan
Tujuan : peningkatan lapang pandang
optimal
Kriteria hasil :
Tidak terjadi cedera.
Intervensi
|
Rasional
|
1)
Bersihkan sekret mata dengan cara
benar.
2)
Kaji ketajaman penglihatan, catat
apakah satu atau dua mata yang terlibat.
3)
Anjurkan pasien menggunakan kaca
mata gelap.
4)
Perhatikan keluhan penglihatan
kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan tetes mata dan salep mata.
|
1) sekret
mata akan membuat pandangan kabur.
2) terjadi
penurunan tajam penglihatan akibat sekret mata.
3) mengurangi
fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan klien.
4) membersihkan
informasi pada klien agar tidak melakukan aktivitas berbahaya sesaat setelah
penggunaan obat mata.
|
:
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002.
Keperawata Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif.1999. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 1. Jakarta : FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar