BENIGNA PROSTAT HYPERTROPI (BPH)
I.
PENGERTIAN
BPH (Benigna
Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang
dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (urethra).
ETIOLOGI
Mulai ditemukan
pada umur kira-kira 45 tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai dengan
bertambahnya umur, sehingga diatas umur 80 tahun kira-kira 80 % menderita
kelainan ini.
Sebagai etiologi
sekarang dianggap ketidakseimbangan endokrin.
Testosteron dianggap mempengaruhi bagian tepi prostat, sedangkan
estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian tengah prostat.
TANDA DAN GEJALA
Walaupun
hyperplasi prostat selalu terjadi pada orangtua, tetapi tidak selalu disertai
gejala-gejala klinik.
Gejala klinik
terjadi terjadi oleh karena 2 hal, yaitu :
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.
2. Retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi
kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Gejala klinik
dapat berupa :
·
Frekuensi berkemih bertambah
·
Berkemih pada malam hari.
·
Kesulitan dalam hal memulai dan
menghentikan berkemih.
·
Air kemih masih tetap menetes
setelah selesai berkemih.
·
Rasa nyeri pada waktu berkemih.
Kadang-kadang
tanpa sebab yang diketahui, penderita sama sekali tidak dapat berkemih sehingga
harus dikeluarkan dengan kateter.
Selain
gejala-gejala di atas oleh karena air kemih selalu terasa dalam kandung kemih,
maka mudah sekali terjadi cystitis dan selanjutnya kerusakan ginjal yaitu
hydroneprosis, pyelonefritis.
PATOFISIOLOGI
BPH terjadi pada
umur yang semakin tua (> 45 tahun ) dimana fungsi testis sudah menurun.
Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan hormon
testosteron dan dehidrotesteosteron sehingga memacu pertumbuhan / pembesaran
prostat.
Makrokospik dapat
mencapai 60 - 100 gram dan kadang-kadang lebih besar lagi hingga 200 gram atau
lebih.
Tonjolan biasanya
terdapat pada lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak mengenai bagian
posterior dari pada lobus medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai lobus
posterior, yang sering merupakan tempat berkembangnya karsinoma (Moore)
Tonjolan ini dapat
menekan urethra dari lateral sehingga lumen urethra menyerupai celah, atau
menekan dari bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan itu merupakan suatu polip
yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen urethra.
Pada penampang,
tonjolan itu jelas dapat dibedakan dengan jaringan prostat yang masih baik.
Warnanya bermacam-macam tergantung kepada unsur yang bertambah.
Apabila yang
bertambah terutama unsur kelenjar, maka
warnanya kung kemerahan, berkonsistensi lunak dan terbatas tegas dengan
jaringan prostat yang terdesak, yang berwarna putih keabu-abuan dan padat.
Apabila tonjolan itu ditekan maka akan keluar caiaran seperti susu.
Apabila unsur
fibromuskuler yang bertambah, maka tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak
mengeluarkan cairan seperti halnya jaringan prostat yang terdesak sehingga
batasnya tidak jelas.
Gambaran
mikroskopik juga bermacam-macam tergantung pada unsur yang berproliferasi.
Biasanya yang lebih banyak berproliferasi ialah unsur kelenjar sehingga terjadi
penambahan kelenjar dan terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh epitel torak
atau koboid selapis yang pada beberapa tempat membentuk papil-papil ke dalam
lumen. Membran basalis masih utuh.
Kadang-kadang
terjadi penambahan kelenjar yang kecil-kecil sehingga menyerupai
adenokarsinoma. Dalam kelenjar sering terdapat sekret granuler, epitel yang
terlepas dan corpora anylacea.
Apabila unsur
fibromuskuler yang bertambah, maka terjadi gambaran yang terjadi atas jaringan
ikat atau jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar yang letaknya saling
berjauhan. Gambaran ini juga dinamai hiperplasi fibrimatosa atau hiperplasi
leiomymatosa.
Pada jaringan ikat
atau jaringan otot biasanya terdapat serbukan limfosit.
Selain gambaran di
atas sering terdapat perubahan lain berupa :
1. Metaplasia skwamosa epitel kelenjar dekat uretra.
2. Daerah infark yang biasanya kecil-kecil dan kadang-kadang terlihat
di bawah mikroskop.
Tanda dan gejala
dari BPH adalah dihasilkan oleh adanya obstruksi jalan keluar urin dari kandung
kemih
Ada tiga cara
pengkuran besarnya hipertropi prostat :
Rectal Grading, yaitu
dengan rectal toucher diperkirakan berapa cm prostat yang menonjol ke dalam
lumen rektum yang dilakukan sebaiknya pada saat buli-buli kosong.
Gradasi ini adalah
:
0 - 1 cm : grade 0
1 - 2 cm : grade 1
2 - 3 cm : grade 2
3 - 4 cm : grade 3
> 4 cm : grade 4
Pada grade 3 - 4
batas prostat tidak teraba. Prostat fibrotik, teraba lebih kecil dari normal.
Clinical Grading, dalam hal ini urine menjadi patokan. Pada pagi hari setelah bangun
pasien disuruh kencing sampai selesai, kemudian di masukan kateter ke dalam
buli-buli untuk mengukur sisa urine.
Sisa urine 0 cc :
normal
Sisa urine 0-50 cc :
grade 1
Sisa urine 50-150 cc : grade
2
Sisa urine > 150 cc :
grade 3
Tidak bisa kencing : grade
4
Intra Uretral Grading, dengan alat perondoskope dengan
diukur / dilihat bebrapa jauh penonjolan lobus
lateral ke dalam lumen uretra.
Grade I :
Clinical grading
sejak berbulan-bulan, bertahun-tahun, mengeluh kalau kencing tidak lancar,
pancaran lemah, nokturia.
Grade II :
Bila miksi terasa
panas, sakit, disuria.
Grade III :
Gejala makin berat
Grade IV :
Buli-buli penuh,
disuria, overflow inkontinence. Bila overflow inkontinence dibiarkan dengan
adanya infeksi dapat terjadi urosepsis berat. Pasien menggigil, panas 40-41° celsius, kesadaran menurun.
Komplikasi :
·
Urinary traktus infection
·
Retensi urin akut
·
Obstruksi dengan dilatasi
uretra, hydronefrosis dan gangguan fungsi ginjal.
Bila operasi bisa
terjadi :
·
Impotensi (kerusakan nevron
pudendes)
·
Hemoragic paska bedah
·
Fistula
·
Striktur paska bedah
·
Inkontinensia urin
PEMERIKSAAN FISIK
·
Urinolisis
·
Urine kultur
·
Pemeriksaan fisik
PENATALAKSANAAN
Konservatif
Obat-obatan :
Antibiotika, jika perlu.
Self Care :
·
Kencing dan minum teratur.
·
Rendam hangat, seksual
intercourse
Pembedahan
·
Retropubic Prostatectomy
·
Perineal Prostatectomy
·
Suprapubic / Open Prostatectomy
·
Trans Uretrhal Resectio (TUR),
yaitu : Suatu tindakan untuk menghilangkan obstruksi prostat dengan menggunakan
cystoscope melalui urethra. Tindakan ini dlakukan pada BPH grade I.
Kontraindikasi
tindakan pembedahan :
Orangtua dengan :
·
Decompensasi kordis
·
Infark jantung baru
·
Diabetes militus
·
Malnutrisi berat
·
Dalam keadaan koma
·
Tekanan darah sistol 200 - 260
mmHg.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada pasien post TUR Prostat :
·
Drainase urine, meliputi :
kelancaran, warna, jumlah, cloting.
·
Kebutuhan cairan : minum
adekuat (± 3 liter/hari)
·
Program “Bladder Training” yaitu latihan kontraksi otot-otot perineal selama
10 menit, dilakukan 4 kali sehari.
Dan menentukan jadwal pengosongan kandung kemih: Bokong pasien
diletakkan di atas stekpan / pispot atau pasien diminta ke toilet selama 30
menit - 2 jam untuk berkemih.
·
Diskusikan pemakaian kateter
intermiten.
·
Monitor timbul tanda-tanda
infeksi (Kalor, Dolor, Rubor, Tumor, Fungsilaesa)
·
Rawat kateter secara steril
tiap hari. Pertahankan posisi kateter, jangan sampai tertekuk.
·
Jelaskan perubahan pola
eliminasi dan pola seksual.
·
Fungsi normal kandung kemih
akan kembali dalam waktu 2 -3 minggu, namun dapat juga sampai 8 bulan yang
perlu diikuti dengan latihan perineal /
Kegel Exercise.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Sirkulasi :
·
Peningkatan tekanan darah (efek
lebih lanjut pada ginjal )
2. Eliminasi :
·
Penurunan kekuatan / kateter
berkemih.
·
Ketidakmampuan pengosongan
kandung kemih.
·
Nokturia, disuria, hematuria.
·
Duduk dalam mengosongkan
kandung kemih.
·
Kekambuhan UTI, riwayat batu
(urinary stasis).
·
Konstipasi (penonjolan prostat
ke rektum)
·
Masa abdomen bagian bawah,
hernia inguinal, hemoroid (akibat peningkatan tekanan abdomen pada saat
pengosongan kandung kemih)
3. Makanan / cairan:
·
Anoreksia, nausea, vomiting.
·
Kehilangan BB mendadak.
4. Nyeri / nyaman :
·
Suprapubis, panggul, nyeri
belakang, nyeri pinggang belakang, intens (pada prostatitis akut).
5. Rasa nyaman : demam
6. Seksualitas :
·
Perhatikan pada efek dari
kondisinya/tetapi kemampuan seksual.
·
Takut beser kencing selama
kegiatan intim.
·
Penurunan kontraksi ejakulasi.
·
Pembesaran prostat.
7. Pengetahuan / pendidikan :
·
Riwayat adanya kanker dalam
keluarga, hipertensi, penyakit gula.
·
Penggunaan obat antihipertensi
atau antidepresan, antibiotika / antibakterial untuk saluran kencing, obat
alergi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BPH
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Rencana Tindakan
|
1.
|
Perubahan pola eliminasi urin ;
sehubungan dengan :
·
Mekanisme obstruksi : bekuan
darah, edem, truma, prosedur pem-bedahan.
·
Tekanan dan iritasi kateter /
balon
·
Kehilangan tonus kandung
kemih aki bat over distersi pada preoperasi atau dekom-presi terus-menerus.
ditandai
dengan :
·
Sering kencing, dys uria,
inkontinensia, retensi urin.
·
Blas penuh, supra-pubis tidak
nyaman.
|
Tujuan
: Jumlah urine normal dan tanpa
retensi.
Kriteria
:
1.
Klien mampu mengosongkan
kandung kencing setiap 2 - 4 jam.
2.
Klien mampu me-lakukan
perineal exercise.
3.
Klien B.a.k 1500 cc / 24 jam.
|
·
Kaji pengeluaran urine dan
sistem drainage atau kateter terutama selama blader irigasi.
·
Kaji kemampuan klien untuk
mengosongkan kandung kemih contoh, berapa kali klien ke kamar mandi untuk
buang air kecil.
·
Catat waktu, jumlah, ukur an,
urine setelah kateter diangkat.
·
Anjurkan klien untuk
mengo-songkan kandung kemih setiap 2 - 4 jam.
·
Anjurkan klien banyak minum
2500 - 3000 cc per hari jika tidak ada kontra indikasi. Kurangi minum pada
malam hari setelah keteter dilepaskan.
·
Anjurkan klien untuk perineal
exercise, contoh dengan mengerutkan bokong, menahan urine, baru mengalirkan
urine.
|
2.
|
Resiko tinggi untuk kekurangan volume
cairan : sehubungan dengan :
·
Perdarahan pada area
pembedahan
·
Pembatasan intake preoperasi.
ditandai dengan
:
·
Post TUR Prostat hari ke II
·
Masih terpasang kateter dan
irigasi drip NaCl 0,9 %
|
Tujuan
: Kebutuhan cairan klien terpenuhi.
Kriteria
: Jumlah cairan yang masuk dan keluar seimbang
|
·
Catat cairan yang masuk dan
keluar tiap 8 jam dan total dalam 24
jam.
·
Kaji mukosa mulut dan
kekenyalan kulit.
·
Observasi tanda vital tiap 4
jam atau sesuai kebutuhan.
·
Berikan cairan peroral atau
infus sesuai program medik ( 2500 - 3000 cc / 24 jam ).
|
3.
|
Resiko tinggi untuk infeksi : sehubungan
dengan :
·
Prosedur invasif, instrumentasi
sela-ma operasi, kateter, seringnya irigasi kandung kemih.
·
Jaringan traumatik, insisi
bedah.
·
Refluk urine ke dalam kandung
kemih.
·
Terbukanya sistem drainage
urine.
ditandai
dengan :
·
Post TUR Prostat hari ke II
·
Masih terpasang kateter
dengan irigasi drip NaCl 0,9 %.
|
Tujuan : klien
terhindar dari re-siko infeksi salur an kemih.
Kriteria :
·
Tanda vital dalam keadaan
normal.
·
Urine bersih dan jernih.
·
Tidak terasa nyeri.
|
·
Memasang dan melepaskan
kateter dengan cara aseptik dan antiseptik.
·
Rawat kateter dengan tehnik
aseptik dan antiseptik.
·
Cegah terjadinya refluks
urine yaitu kembalinya urine ke kandung kemih.
Dengan cara :
menggantung urine bag lebih rendah dari kandung kemih.
Dan klem kateter bila akan memindahkan klien.
·
Gunakan tehnik aseptik pada
saat mengosongkan urine bag.
·
Ganti kateter setiap 7 - 10
hari dengan tehnik aseptik .
·
Irigasi kateter dilakukan
dengan tehnik aseptik dan antiseptik
·
Anjurkan klien banyak minum
2500 cc - 3000 cc / hari bila tidak ada kontra
indikasi
·
Mengukur / mengamati tanda
kardinal klien setiap 4 jam atau sesuai
kebutuhan.
·
Kolaborasi dengan Tim medis
untuk penberian antibiotik atau pemeriksaan
diagnostik
|
4.
|
·
Nyeri akut : sehubungan
dengan :
·
Iritasi mukosa kandung kemih.
·
Spasme otot sehubungan dengan
prosedur operasi atau penekanan dari balon (traksi)
·
ditandai dengan :
·
Dilaporkannya adanya nyeri
pada pangkal alat kelamin dari perut bagian bawah.
·
Wajah meringis kesakitan.
·
Respon autonomik
|
Tujuan
: nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria
:
·
Klien dapat mengontrol nyeri
dengan menggunakan skala nyeri 1 - 10
·
Klien tampak rileks.
Klien dapat beristirahat dengan tenang
|
·
Kaji intensitas nyeri dengan
skala 1- 10.
·
Fiksasi kateter dengan cara
yang tepat agar tetap stabi sehingga tidak menimbulkan gesekan baru pada
mukosa urethra.
·
Fiksasi selang urine pada
alat tenun disamping klien dengan menggunakan peniti atau klem yang telah
tersedia pada set urine bag.
·
Gunakan kateter menetap
dengan nomor atau ukuran yang sesuai agar tidak menimbulkan iritasi pada
urethra.
·
Anjurkan pada klien untuk
tehnik relaksasi dengan cara menarik napas panjang dan menghembuskannya.
·
Hindari gerakan atau tarikan
mendadak pada selang kateter untuk menghindari trauma baru pada urethra.
·
Kempiskan balon kateter
sampai habis sebelum melepaskan kateter dan keluarkan kateter secara
perlahan.
·
Kolaborasi pemberian
analgetik dengan medik bila diperlukan.
|
5.
|
Resiko tinggi untuk disfungsi seksual:
sehubungan dengan :
·
Situasi krisis
(inkontinensia, kondisi area genital)
·
Perubahan status kesehatan.
ditandai
dengan :
·
Pola berkemih saat ini lewat
kateter.
·
Post TUR Prostat hari ke II
(kemungkinan ada kerusakan N> Pudendus)
|
Tujuan
: klien dapat menerima dan
beradaptasi terhadap keadaannya.
Kriteria
:
·
Klien tampak rileks.
·
Klien menyatakan cemas
berkurang.
|
·
Diskusikan bersama klien
tentang anatomi dan fisiologi fungsi seksual secara singkat.
·
Jelaskan pada klien tentang
tujuan dan manfaat pemakaian kateter yang menetap.
·
Anjurkan klien untuk
berdialog dengan sesama klien yang menggunakan kateter.
·
Berikan kesempatan pada klien
untuk saling mengungkapkan perasaan dengan pasangannya.
Ciptakan
suasana humor pada saat merawat klien. Bila perlu konsulkan pada psikolog
atau seksolog.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan pada pasien post TUR Prostat adalah sebagai berikut :
1. Perubahan pola eliminasi uri ; sehubungan dengan :
·
Mekanisme obstruksi : bekuan
darah, edem, truma, prosedur pembedahan.
·
Tekanan dan iritasi kateter /
balon
·
Kehilangan tonus kandung kemih
akibat over distersi pada preoperasi atau dekompresi terus-menerus.
ditandai dengan :
·
Sering kencing, dysuria,
inkontinensia, retensi urin.
·
Blas penuh, suprapubis tidak
nyaman.
Tujuan
: Jumlah urine normal dan tanpa
retensi.
Kriteria
:
1. Klien mampu mengosongkan kandung kencing setiap 2 - 4 jam.
2. Klien mampu melakukan perineal exercise.
3. Klien B.a.k 1500 cc / 24 jam.
Intervensi
·
Kaji pengeluaran urine dan
sistem drainage atau kateter terutama selama blader irigasi.
·
Kaji kemampuan klien untuk
mengosongkan kandung kemih contoh, berapa kali klien kekamar mandi untuk buang
air kecil.
·
Catat waktu, jumlah, ukuran,
urine setelah kateter diangkat.
·
Anjurkan klien untuk
mengosongkan kandung kemih setiap 2 - 4 jam.
·
Anjurkan klien banyak minum
2500 - 3000 cc per hari jika tidak ada kontra indikasi. Kurangi minum pada
malam hari setelah keteter dilepaskan.
·
Anjurkan klien untuk perineal
exercise, contoh dengan mengerutkan bokong, menahan urine, baru mengalirkan
urine.
2. Resiko tinggi untuk kekurangan volume cairan : sehubungan dengan :
·
Perdarahan pada area pembedahan
·
Pembatasan intake preoperasi.
ditandai dengan :
·
Post TUR Prostat hari ke II
·
Masih terpasang kateter dan
irigasi drip NaCl 0,9 %
Tujuan
: Kebutuhan cairan klien terpenuhi.
Kriteria : Jumlah cairan yang masuk dan keluar
seimbang.
Intervensi :
·
Catat cairan yang masuk dan
keluar tiap 8 jam dan total dalam 24
jam.
·
Kaji mukosa mulut dan
kekenyalan kulit.
·
Observasi tanda vital tiap 4
jam atau sesuai kebutuhan.
·
Berikan cairan peroral atau
infus sesuai program medik ( 2500 - 3000 cc / 24 jam ).
3. Resiko tinggi untuk infeksi : sehubungan dengan :
·
Prosedur invasif, instrumentasi
selama operasi, kateter, seringnya irigasi kandung kemih.
·
Jaringan traumatik, insisi
bedah.
·
Refluk urine ke dalam kandung
kemih.
·
Terbukanya sistem drainage
urine.
ditandai dengan :
·
Post TUR Prostat hari ke II
·
Masih terpasang kateter dengan
irigasi drip NaCl 0,9 %.
Tujuan : klien terhindar dari
resiko infeksi saluran kemih.
Kriteria :
- Tanda vital dalam keadaan normal.
- Urine bersih dan jernih.
- Tidak terasa nyeri.
Intervensi :
·
Memasang dan melepaskan kateter
dengan cara aseptik dan antiseptik.
·
Rawat kateter dengan tehnik
aseptik dan antiseptik.
·
Cegah terjadinya refluks urine
yaitu kembalinya urine ke kandung kemih.
Dengan cara : menggantung urine bag lebih rendah dari kandung kemih.
Dan klem kateter bila
akan memindahkan klien.
·
Gunakan tehnik aseptik pada
saat mengosongkan urine bag.
·
Ganti kateter setiap 7 - 10
hari dengan tehnik aseptik .
·
Irigasi kateter dilakukan
dengan tehnik aseptik dan antiseptik
·
Anjurkan klien banyak minum
2500 cc - 3000 cc / hari bila tidak ada kontra
indikasi
·
Mengukur / mengamati tanda kardinal klien
setiap 4 jam atau sesuai
kebutuhan.
·
Kolaborasi dengan Tim medis untuk penberian
antibiotik atau pemeriksaan
diagnostik
4. Nyeri akut : sehubungan dengan :
·
Iritasi mukosa kandung kemih.
·
Spasme otot sehubungan dengan
prosedur operasi atau penekanan dari balon (traksi)
ditandai dengan :
·
Dilaporkannya adanya nyeri pada
pangkal alat kelamin dari perut bagian bawah.
·
Wajah meringis kesakitan.
·
Respon autonomik
Tujuan
: nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria
:
·
Klien dapat mengontrol nyeri
dengan menggunakan skala nyeri 1 - 10
·
Klien tampak rileks.
·
Klien dapat beristirahat dengan
tenang.
Intervensi :
·
Kaji intensitas nyeri dengan
skala 1- 10.
·
Fiksasi kateter dengan cara
yang tepat agar tetap stabi sehingga tidak menimbulkan gesekan baru pada mukosa
urethra.
·
Fiksasi selang urine pada alat
tenun disamping klien dengan menggunakan peniti atau klem yang telah tersedia
pada set urine bag.
·
Gunakan kateter menetap dengan
nomor atau ukuran yang sesuai agar tidak menimbulkan iritasi pada urethra.
·
Anjurkan pada klien untuk
tehnik relaksasi dengan cara menarik napas panjang dan menghembuskannya.
·
Hindari gerakan atau tarikan
mendadak pada selang kateter untuk menghindari trauma baru pada urethra.
·
Kempiskan balon kateter sampai
habis sebelum melepaskan kateter dan keluarkan kateter secara perlahan.
·
Kolaborasi pemberian analgetik
dengan medik bila diperlukan.
5. Resiko tinggi untuk disfungsi seksual: sehubungan dengan :
·
Situasi krisis (inkontinensia,
kondisi area genital)
·
Perubahan status kesehatan.
ditandai dengan :
·
Pola berkemih saat ini lewat
kateter.
·
Post TUR Prostat hari ke II
(kemungkinan ada kerusakan N> Pudendes)
Tujuan
: klien dapat menerima dan
beradaptasi terhadap keadaannya.
Kriteria :
·
Klien tampak rileks.
·
Klien menyatakan cemas
berkurang.
Intervensi :
·
Diskusikan bersama klien
tentang anatomi dan fisiologi fungsi seksual secara singkat.
·
Jelaskan pada klien tentang
tujuan dan manfaat pemakaian kateter yang menetap.
·
Anjurkan klien untuk berdialog
dengan sesama klien yang menggunakan kateter.
·
Berikan kesempatan pada klien
untuk saling mengungkapkan perasaan dengan pasangannya.
Ciptakan suasana humor pada saat merawat klien. Bila perlu konsulkan
pada psikolog atau seksolog.
6. Kurangnya pengetahuan: sehubungan dengan :
·
Misinterpretasi informasi
·
Tidak familiar dengan informasi
yang ada.
ditandai dengan :
·
Sering bertanya
·
Menanyakan ulang informasi
·
Kondisi miskonsepsi
·
Menunjukkan secara verbal
masalahnya.
·
Tidak adekuat dalam mengikuti
instruksi.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan klien meningkat
Kriteria :
·
Klien memahami tentang :
pengertian, tanda dan gejala, prognosa, perawatan dan pengobatan
Intervensi :
·
Kolaborasi dengan medik untuk
menjelaskan pada klien tentang pengertian, tanda dan gejala, prognosa serta
pengobatan
·
Diskusi bersama klien untuk
mencegah infeksi saluran kemih
·
Diskusikan tentang cara
mempertahankan aliran urin
·
Diskusikan cara mempertahankan
volume cairan tubuh
7. Potensial terjadinya sumbatan/obstruksi
aliran urin sehubungan dengan :
·
Penyumbatan lubang /lumen
kateter selang urin karena endapan urine atau bekuan darah
·
Tertekuk atau terpelintirnya
kateter
Tujuan : Kelancaran aliran urine dapat
dipertahankan
Kriteria :
·
Urine keluar lancar, 1500 cc/24
jam
Intervensi :
·
Jaga kateter atau selang urine
tidak tertekuk/terpelintir
·
Gantung urine bag lebih rendah
dari kandung kemih
·
Bila selang urine terlalu
panjang, gulung dan difiksasi diatas tempat tidur disamping klien
·
Lakukan irigasi kateter bila
macet (kolaborasi dengan dokter)
·
Berikan cairan peroral atau
infus 2500 - 5000 cc/24 jam (kolaborasi dengan dr)
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alfaro, R. (1986). Application of Nursing Proces :
Step by Step Guide, Philadelphia : J.B. Lipincot Company.
Donna D. Ignatavius, Kathy A.H, (1997), Medical
Surgical Nursing, 2nd Edition, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Doenges M.E. (1989), Nursing
Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ), . Philadelpia,
F.A. Davis Company.
Luckmann, J (1997), Saunders Manual Of
Nursing Care, W.B. Saunders Co, Philadelphia.
Long; BC and Phipps WJ
(1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach,
St. Louis. Cv. Mosby Company.
Luckman N Sorensen, (1994), Medical
Surgical Nursing, Fourth edition, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Sjamsu, R. Hidajat, Wim de Jong, (1997), Buku
Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.
Staf Pengajar FK- UI ( Bagian Bedah ),
(1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa Aksara,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar